REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII DPR bidang sosial dan agama Ace Hasan Syadzily menyoroti, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemeriksaan tes Covid-19. Ace mengatakan, mengacu hasil survei nasional Cyrus Network, keyakinan masyarakat atas kemudahan akses swab tes dan rapid tes di pusat layanan kesehatan lebih rendah dibandingkan elemen lainnya.
"Dalam hal penanganan Covid-19 ada satu elemen yang paling rendah soal kerisauan terhadap rapid tes dan swab yang dalam survei ini menempati paling rendah daripada lainnya dalam hal dampak sosial," ujar Ace dalam rilis survei Cyrus Network tentang penilaian publik terhadap dampak penanganan Covid-19 melalui virtual, Senin (27/70
Dia menjelaskan, sebanyak 33,6 persen yakin dan
24,2 sangat yakin atas kemudahan akses swab tes dan rapid tes di pusat layanan kesehatan. Namun, di luar jumlah itu, angka tidak yakin juga cukup banyak yakni 28,1 tidak yakin dan 14,1 sangat tidak yakin.
"Kalau kita melihat relaksasi cicilan mendapat apresiasi, stimulus, new normal juga mendapat keyakinan publik sampai 73 persen tapi rapid tes 57 sersen. ini paling rendah, ini jadi PR penting," ujar Ace.
Politikus Golkar itu mengatakan, perlu diakui bahwa penanganan tes massif baik tes swab maupun rapid tes di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan enam negara dengan populasi terbanyak. Dia menyebut, China memiliki jumlah populasi tes sebanyak 6,3 persen, lalu India 0,2 persen, Amerika Serikat 12,6 persen.
"Indonesia hanya 0,2 persen. Ini sejalan hasil survei karena keyakinan pelayanan ini memang rendah," katanya.
Padahal kata Ace, Presiden Joko Widodo telah meminta agar pemeriksaan tes secara massif terus ditingkatkan. Saat ini, target pemeriksaan sebanyak 30 ribu per hari harus benar benar diwujudkan.
"Presiden menyampaikan harus ditingkatkan, sekarang baru level 28 ribu, belum terlalu masif dibandingkan negara lain, ini PR yang harus ditangani serius oleh pemerintah," katanya.
Survei Cyrus Network tentang penilaian publik terhadap dampak penanganan Covid-19 dilakukan secara tatap muka dengan protokol kesehatan ketat. Survei dilakukan dari 16-20 juli 2020 menggunakan metode two stage sampling dengan jumlah 1.230 responden yang tersebar 123 desa di 34 provinsi.