REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepulauan Madura, terutama Kabupaten Sumenep, mempunyai 126 pulau kecil yang tersebar di beberapa lokasi. Dari jumlah tersebut, 48 pulau kecil telah dihuni oleh masyarakat setempat.
Kepala Bidang Energi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim, Oni Setiawan, tak menampik kepulauan kecil memerlukan perlakuan khusus untuk mendapatkan sumber listrik. Faktor geografis menyebabkan perkembangan listrik di daerah tersebut cukup lambat. "Dalam hal ini akses ketenagalistrikannya," jelas Oni dalam kegiatan diskusi daring.
Penyediaan listrik di pulau-pulau kecil yang terjangkau lebih mudah dengan memasang pembangkit listrik. Hal ini karena ketersediaan transportasi laut dinilai bisa mengangkut beberapa peralatan pembangkit listrik. Salah satunya melalui penyediaan listrik dari mesin genset atau Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Namun (itu tidak bisa dilakukan) untuk pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau dengan perairan dangkal, yang tidak dapat dilalui transportasi atau kapal-kapal besar," jelas Oni.
Pemerintah bisa memasok sumber listrik dengan Energi Baru Terbarukan (EBT) di pulau yang sulit dijangkau. Salah satunya dengan memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), baik secara komunal maupun tersebar. Namun bantuan PLTS pemerintah harus melalui kelompok masyarakat sesuai aturan berlaku di Jatim.
Di sisi lain, Oni juga menjelaskan, kondisi perairan di Pulau Masalembo, Sumenep, Madura, Jatim yang mempunyai ombak tinggi. Kondisi ini dinilai perlu menerapkan teknologi hibrid antara PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Pemprov Jatim telah memasang PLTS komunal di delapan pulau kecil Kabupaten Sumenep, Madura pada 2019 lalu. Lokasi-lokasi tersebut antara lain di Tonduk dengan kapasitas 200 kWp, Goa-goa (200 kWP), Masakambing (50 kWp) dan Pagerungan Kecil (50 kWp). Kemudian di Paliat (100 kWp), Sakala (100 kWp), Sabuntan (100 kWp) dan Saubi (150 kWp).
Selanjutnya, Pemprov Jatim akan kembali memasang PLTS di 10 sampai 15 titik di Pulau Sumenep, Madura. "Sehingga masyarakat nanti bisa menikmati aliran listrik dengan baik," katanya.
Peneliti Energi dari Institut Teknologi Surabaya (ITS), Ary Bachtiar K Putra mengatakan, penggunaan EBT di pulau-pulau kecil wilayah Sumenep harus melihat potensinya terlebih dahulu. Dalam hal ini bisa dari tenaga surya, biomassa, angin atau ombak dan sebagainya. Hal terpenting harus melihat Sumber Daya Manusia (SDM)-nya juga terutama untuk penggunaan biomassa.
Menurut Ary, pemanfaatan biomassa membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus di masyarakatnya. Oleh sebab itu, diperlukan pelatihan terhadap warga setempat dalam mencegah masalah yang tidak diinginkan. "Itu ada beberapa pengalaman di Surabaya, salah operasi karena menimbulkan sedikit bunyi dentuman. Jadi, keterampilan itu penting untuk memilah nanti prosesnya seperti apa," ucapnya.