Senin 27 Jul 2020 14:27 WIB

Survei: Publik Lebih Mendukung Normal Baru

Hanya 11,2 persen yang memilih tetap mempertahankan diberlakukan PSBB.

Petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan sekolah (ilustrasi). Survei yang dilakukan oleh Indometer menunjukkan mayoritas warga memilih penerapan normal baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Foto: Republika/Prayogi
Petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan sekolah (ilustrasi). Survei yang dilakukan oleh Indometer menunjukkan mayoritas warga memilih penerapan normal baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei yang dilakukan oleh Indometer menunjukkan mayoritas warga memilih penerapan normal baru dengan memperhatikan protokol kesehatan. Hanya sebagian kecil yang memilih tetap mempertahankan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Sebanyak 83,1 persen responden mendukung penerapan normal baru dan hanya 11,2 persen yang setuju diberlakukan PSBB atau lockdown. Sisanya sebanyak 5,7 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.

Baca Juga

"Respons publik terkait normal baru, mayoritas menyatakan selamat datang hidup normal dengan masker dan protokol kebiasaan baru, selamat tinggal PSBB dan lockdown," kata Direktur Eksekutif lembaga survei Indometer Leonard SB dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (27/7).

Menurut Leonard, masyarakat siap untuk menghadapi kebiasaan baru mengingat dampak yang ditimbulkan selama penerapan PSBB. Dampak tersebut, yakni dampak sosial-ekonomi yang sangat dalam. 

Karena itu, pemerintah tidak perlu ragu untuk mendorong adaptasi kebiasaan baru dan memulihkan perekonomian. Apalagi, dunia berada di bawah bayang-bayang resesi yang ditandai dengan pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

"Penerapan normal baru dan protokol kebiasaan baru bisa mencegah Indonesia jatuh ke jurang resesi serupa," kata Leonard.

Survei Indometer dilakukan pada 11-20 Juli 2020 melalui sambungan telepon kepada 1.200 responden dari seluruh provinsi yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error sebesar 2,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Saat ini, pemerintah telah membuka kembali aktivitas ekonomi di tengah masih tingginya jumlah kasus positif di sejumlah daerah. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement