Jumat 24 Jul 2020 15:00 WIB

Penyebab Data Kematian Covid-19 di Indonesia Fluktuatif

Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia sempat menyentuh rekor pada pada 22 Juli.

Petugas memakamkan jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di lahan khusus pemakaman di Tarakan, Kalimantan Utara. (ilustrasi)
Foto: FACHRURROZI/ANTARA FOTO
Petugas memakamkan jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di lahan khusus pemakaman di Tarakan, Kalimantan Utara. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Dadang Kurnia

Juru Bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan berdasarkan data yang dikumpulkan, jumlah angka meninggal akibat Covid-19 terlihat fluktuatif. Menurut Wiku, hal ini salah satunya disebabkan karena sistem pelaporan yang belum terintegrasi secara optimal, sehingga laporan dari sejumlah daerah belum dapat diakses langsung oleh publik atau dicatat oleh pemerintah.

Baca Juga

Ia mencotonhkan, pada 23 Juli kasus meninggal tercatat sebanyak 117 orang. Sedangkan, sehari sebelumnya angka meninggal mencapai yang tertinggi dalam seharinya yakni sebanyak 139 orang.

“Kalau kita lihat di sini, jumlah meninggal cenderung terlihat fluktuatif, salah satu halnya mungkin dalam penanganan kasus-kasus berat sehingga menimbulkan dampak kematian. Atau bisa disebabkan sistem pelaporan yang belum terintegrasi secara optimal di Indonesia,” jelas dia saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (24/7).

Karena itu, lanjutnya, untuk melihat perkembangan kasus meninggal tak hanya dilihat berdasarkan data harian namun mingguan. Secara persentase, kasus meninggal dari kasus positif Covid-19 di tingkat nasional pada Maret sangat tinggi yakni dengan angka maksimum sebesar 9,34 persen dan rata-rata sebesar 4,89 persen.

“Di April angkanya meningkat lagi maksimumnya 9,5 persen dan rata-ratanya 8,64 persen. Jadi cukup tinggi dibanding Maret. Sedangkan Mei, sudah mulai menurun dengan rata-rata 6,68 persen dan maksimum 7,66 persen,” ujarnya.

Kemudian, angka persentase kematian semakin menunjukkan penurunan pada Juni yang angka maksimum kematiannya sebesar 6,09 persen dan rata-rata 5,56 persen. Sedangkan pada Juli, angka kematian maksimum juga mengalami penurunan yang cukup banyak yakni sebesar 5,08 persen dan rata-rata 4,86 persen.

"Sedangkan angka kematian dunia adalah 4,2 persen. Jadi Indonesia sudah mendekati rata-rata dunia," jelas Wiku.

Penurunan angka persentase kematian ini disebabkan oleh manajemen kasus pasien yang semakin baik. Sementara itu, jumlah ruang isolasi di rumah sakit juga semakin meningkat menjadi 23.519, jumlah tempat tidur isolasi bertambah menjadi 188.510 unit, serta jumlah rumah sakit rujukan bertambah menjadi 839 rumah sakit.

Wiku menegaskan, pemerintah terus mendorong adanya transparansi data kasus Covid-19 agar publik dapat mengakses data tersebut dengan benar. Ia juga menegaskan, pemerintah tak memiliki niat untuk menutup-nutupi data perkembangan kasus Covid-19 setelah Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 tak lagi mengumumkan perkembangan data terkini.

“Tidak ada maksud untuk menutup-nutupi data. Mari kita dorong transparansi publik dan silakan masyarakat ikut mengontrol apabila ada kondisi yang tidak sesuai dengan sebenarnya,” ujar Wiku.

Wiku menjelaskan, meskipun data harian Covid-19 tak lagi diumumkan secara langsung melalui konferensi pers, masyarakat dapat mengakses perkembangan data harian melalui portal yang disediakan yakni www.covid19.go.id.

“Di situ kami menyampaikan perkembangan kasus yang bisa diakses oleh masyarakat, oleh media tentang keadaan terkininya,” tambah dia.

Perkembangan data terkini akan rutin diinput atau diumumkan setiap hari pukul 16:00 WIB. Menurutnya, hal ini juga tergantung pada pengiriman data dari Kementerian Kesehatan yang melakukan verifikasi seluruh data nasional yang dilaporkan.

Wiku berharap, nantinya data yang ditampilkan melalui portal tersebut dapat diakses oleh masyarakat secara realtime. Ia mengaku saat ini pihaknya masih berupaya agar data kasus Covid-19 dapat terinput dan diakses secara realtime oleh masyarakat.

“Kami sedang berusaha keras agar betul-betul data ini bisa diakses dengan realtime. Dan datanya tidak berbeda antara data nasional dengan data di daerah,” ucap Wiku.

photo
Laporan data Covid-19 di Indonesia pada 23 juli - (Republika.co.id)

Kabar baik

Wiku pada hari ini juga menyampaikan kabar baik terkait penanganan Covid-19. Menurut Wiku, persentase kesembuhan pasien positif Covid-19 secara nasional semakin meningkat saat ini. Berdasarkan analisa dari data yang dikumpulkan Satuan Tugas, tingkat persentase kesembuhan pada Maret-Juli meningkat dari rata-rata 3,84 persen menjadi 9,79 persen pada April.

“Mei meningkat 21,97 persen, Juni 37,19 persen, dan Juli ini mencapai rata-rata saat ini 47,08 persen di mana pada tanggal 23 Juli atau kemarin persentase kesembuhan 55,7 persen,” jelas Wiku saat konferensi pers, Jumat (24/7).

Ia mendetailkan, kasus sembuh pada 23 Juli tercatat sebanyak 1.909 orang. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan jumlah kasus sembuh pada 19 Juli yang mencapai 2.133 orang. Kendati demikian, lanjut Wiku, jika dilihat dari grafik maka akan terlihat sejak 10 Juli angka kesembuhan semakin meningkat.

“Tapi kalau kita lihat dari grafik ini terlihat mulai dari Juli tanggal 10 sebesar 878 orang dan terus meningkat jumlah sembuhnya menjadi 1.909. Ini adalah kabar baik tetapi kita harus tetap mendorong kesembuhan ini menjadi lebih baik lagi. Dan ini terjadi dalam 13 hari terakhir,” kata dia.

Meskipun tingkat kesembuhan pasien positif kasus Covid-19 semakin meningkat, ia meminta masyarakat agar tetap waspada. Masyarakat juga tetap harus disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.

“Dan ternyata di beberapa tempat di Indonesia masih ada masyarakat yang belum patuh terhadap protokol kesehatan. Mari kita saling ingatkan untuk pakai masker, jaga jarak, cuci tangan,” imbuh dia.

Sebagai salah satu episenter pandemi, Jawa Timur (Jatim) juga mengalami peningkatan angka pasien sembuh. Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, pada Kamis (23/7), total pasien positif Covid-19 yang terkonfirmasi negatif atau sembuh sebanyak 665 orang. Sehingga, total pasien positif Covid-19 yang sembuh di Jatim mencapai 11.125 orang atau setara 57,19 persen.

Khofifah menambahkan, untuk total pasien terkonfirmasi positif yang saat ini masih menjalani perawatan sebanyak 6.800 orang, atau setara 34,9 persen. Adapun jumlah pasien yang meninggal sebanyak 1.525 orang atau ssetara 7,84 persen. Khofifah bersyukur, karena dalam sepekan terakhir, jumlah kasus kesembuhan di Jatim secara konsisten melebihi kasus baru.

"Jumlah pasien sembuh Covid-19 hari Kamis yang 665 orang merupakan tambahan kesembuhan tertinggi selama pandemi sejak Maret lalu. Jawa Timur diharapkan bisa mempertahankan milestone jumlah prosentase kesembuhan melebihi kasus aktif yang masih dirawat," ujar Khofifah di Surabaya, Jumat (24/7).

photo
Infografis Indonesia diprediksi jadi pusat Covid-19 ketiga di Asia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement