Jumat 24 Jul 2020 01:08 WIB

15 Persen Anak dan Remaja Pernah Berpikiran Bunuh Diri

Tindakan bunuh diri ini menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di dunia.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Wanita bunuh diri (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Wanita bunuh diri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) setiap 23 Juli masih menyisakan catatan hitam. Ternyata, 15 persen anak remaja di negara berkembang pernah berpikiran bunuh diri.

"Berbagai riset menunjukkan 15 persen anak remaja di negara berkembang pernah berpikiran untuk bunuh diri. Tindakan ini menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di dunia anak kelompok usia 15 hingga 19 tahun," ujar Psikolog Anak Annelia Sari Sani saat di konferensi video virtual Halodoc memperingati kesehatan mental anak di HAN, Kamis (23/7).

Tak hanya itu, riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 juga menunjukkan adanya kenaikan gangguan mental emosional pada masa remaja usia 15 tahun menjadi 9,8 persen. Padahal, di riskesdas 2013 hanya 6 persen.

"Cukup tinggi angka kenaikannya karena ini kan populasinya Indonesia. Ini jadi besar (jumlahnya). Msalnya kalau 8 persen atau 10 persen saja (alami gangguan mental), padahal jumlah anak hingga remaja sekitar 80 juta berarti kan sekitar 8 juta jiwa (remaja alami gangguan mental emosional)," katanya.

Padahal, kata Annelia, kesehatan mental pada masa dewasa sebenarnya bersumber dari masa anak-anak dan remaja.

Menurutnya, anak bisa dikatakan sehat secara mental kalau memiliki kapasitas untuk memulai dan mempertahankan relasi pribadi yang menyenangkan.  Artinya, anak bisa menjalin hubungan dengan orang dewasa atau dengan teman-teman seusianya secara menyenangkan. 

Anak juga memiliki kemampuan untuk bermain dan belajar sesuai perkembangan usia kecerdasannya. Tak hanya itu, dia menyebut, anak yang sehat mentalnya adalah yang memiliki pemahaman moral tentang benar dan salah atau baik hingga buruk. 

"Anak sehat mental juga mampu menikmati dan memanfaatkan waktu luang. Dia juga tidak mudah bosan, kalaupun bosan mencari cara untuk mengatasi kebosanannya," katanya.

Dikatakanya, anak sehat mental juga mampu berempati dan mengenali emosi yang dirasakan orang lain. Artinya, perkembangan emosi, intelektual, spiritual pada dirinya juga selaras. Yang paling penting, dia menyebutkan, anak sehat mental adalah yang mampu belajar dari kegagalan. 

"Kalau anak itu mengalami hambatan atau mengalami satu hal yang tidak menguntungkan, maka dia bisa bangkit kembali. Ini ciri anak sehat mental," ujarnya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement