REPUBLIKA.CO.ID,TULUNGAGUNG -- Ratusan sekolah mulai jenjang SD-MI, SMP-MTs dan sebagian SMA di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, khususnya di daerah pedalaman dan pegunungan, memberlakukan pembelajaran luar jaringan (Luring) karena keterbatasan akses internet.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung Haryo Dewanto menyatakan, pembelajaran Luring menjadi opsi pilihan yang bisa diambil masing-masing kepala sekolah selaku manajer atau pimpinan.
"Banyak sekali sekolah dasar di Tulungagung yang terpaksa harus memberlakukan pembelajaran luring ini, terutama untuk kelompok SD ya," kata Yoyok, sapaan akrab Haryo Dewanto, Rabu (22/7).
Hanya sekolah di kota dan wilayah dataran dengan sinyal atau akses internet baik yang efektif memberlakukan pembelajaran daring atau online.
Sementara di wilayah pegunungan, selain keterbatasan sarana, minimnya akses dan juga faktor SDM menjadikan metode pembelajaran secara daring tidak berjalan mulus. Solusinya, lanjut dia, yakni dengan pembelajaran luar ruang atau luar jaringan (luring) menjadi opsi yang tidak terelakkan agar siswa bisa tetap mendapat materi pendidikan di awal tahun ajaran baru ini.
Kata Yoyok, pihak Dinas Pendidikan telah merekomendasikan metode luring ini untuk area atau daerah dengan akses internet minim/rendah, namun dengan syarat tetap mematuhi protokol kesehatan. "Metode luring ini guru mendatangai sekelompok murid untuk diberikan materi pelajaran sekolah. Namun model ini jumlah siswa tetap harus dibatasi, maksimal lima orang yang diperbolehkan," katanya.
Di Tulungagung sendiri jumlah SD-MI total ada 661 unit sekolah. Haryo Dewanto mengatakan dari jumlah sekolah dan MI yang ada di Tulungagung itu, lebih dari 50 persen yang berada di daerah pegunungan/pedalaman dengan akses internet rendah, bahkan sebagian tidak ada.