Rabu 22 Jul 2020 13:35 WIB

Kisah Budi Bangun Kampung Teknologi di Garut

Akses internet di kampung itu dikelola Bumka dan digunakan untuk pemelajaran daring.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman bersama pencetus Kampung Teknologi, Budi Hermawan, mencoba touchpen hasil kreasinya pada peresmian Kampung Teknologi di Kampung Cilimushideung, Desa Cibunar Kecamatan Cibatu, Sabtu (18/7).
Foto: Diskominfo Garut.
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman bersama pencetus Kampung Teknologi, Budi Hermawan, mencoba touchpen hasil kreasinya pada peresmian Kampung Teknologi di Kampung Cilimushideung, Desa Cibunar Kecamatan Cibatu, Sabtu (18/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  GARUT -- Kampung Cilimushideun, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, diresmikan sebagai Kampung Teknologi, beberapa waktu lalu. Asalannya, warga di kampung itu telah dapat mengakses internet dengan mudah dan rumah, berkat inovasi salah seorang warga, Budi Hermawan (44 tahun). 

Budi berkisah, gagasan membuat kampung teknologi telah direncanakan sejak lama, sekira 2015. Awalnya, dia mencoba memperkenalkan warga kepada teknologi terapan, seperti membantu penggembala atau petani menggunakan komputer untuk memaksimalkan produksi mereka. 

"Setelah mereka tertarik, kita sepakat membangun kampung teknologi. Yang pertama harus kita sediakan adalah fasilitas untuk akses internet, agar warga dapat mengakses internet dengan murah," kata dia, saat dihubungi Republika, Rabu (22/7).

Menyediakan internet yang murah bukan perkara mudah di Kampung Cilimushideung. Dia menyebut, selama ini, hanya jaringan internet dari provider tertentu yang dapat diakses warga kampung itu. Harga kuota internet yang ditawarkan juga terbilang mahal untuk warga. 

Karenanya, Budi berinovasi untuk membangun jaringan sendiri, lantaran wilayah Kampung Cilimushideung ini tak terjangkau akses fiber optic. Pihaknya bergotong royong membangun jaringan untuk warga dengan meyambungkan ke jaringan provider yang tersedia.

"Modal material tak terlalu besar, tapi perlengkapan yang berat untuk pemasangannya. Kita bangun server agar bisa terjangkau seluruh kampung. Lebih dari 250 juta untuk investasinya," kata dia.

photo
Warga memanfaatkan jaringan internet yang disediakan salah seorang Badan Usaha Milik Kampun Kampung Cilimushideung, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. - (dok. Istimewa)

Dia menginginkan, warga di Kampung Cilimushideung dapat mengakses internet dengan murah dan mudah. "Kebetulan di sini ada alat dan material fiber optic, karena ada warga yang sudah berkecimpung lama di bidang itu. Jadi, kita inisiatif bangun jaringannya. Alhamdulillah dapat dipasang dalam satu minggu," kata dia.

Saat ini, akses internet di kampung itu, yang dikelola Badan Usaha Milik Kampung (Bumka), dapat digunakan anak-anak sekolah dalam pemelajaran secara daring. Masyarakat lain yang hendak mengakses internet pun tak lagi terbebani. Warga yang hendak mengakses internet tak terbatas (unlimited) hanya dikenakan biaya Rp 33 ribu per pengguna per bulan. Namun, kata dia, pihaknya akan terus mengembangkan jaringannya, sehingga dapat digratiskan untuk seluruh warga.

Budi mengatakan, sejauh ini kendala yang dihadapinya dalam penyediaan layanan internet untuk warga itu adalah masalah perizinan. Karena itu, ia ingin pemerintah dapat untuk pengurusan perizinan Internet Server Provider (ISP). 

Menurut dia, standar untuk dapat mendapatkan izin ISP itu terlalu tinggi bagi warga kampung. Untuk dapat diberikan izin, kata dia, harus bisa menghabiskan bandwidth 10 gigabyte per second. Namun, itu tak diperlukan untuk sekelas kampung. Sebab, yang dibutuhkan di Kampung Cilimushodeung maksimal 300 megabyte per second.

"Kita sudah ada PT, tapi izin sebagai penyedia jasa layanan internet belum ada izin. Karenanya kita minta pemerintah bantu izin," kata dia.

Selain itu, ia meminta pemerintah untuk membantu mempromosikan atau menyerap produk-produk pertanian, teknologi, dan lainnya, dari kampung itu. Ia menyebutkan, ada sejumlah produk teknologi yang telah diproduksi oleh warga Kampung Cilimushideung, seperti touch dan interactive touch censor. 

"Harapannya bisa diserap. Ada juga kampung-kampung lain yang minta dipasang. Tapi kan masih terkendala izin, takutnya ditutup pemerintah," kata dia.

Sementara itu, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman berjanji, pemerintah akan membantu Budi, sang inovator, untuk mengurus izin ISP. Ia juga sudah meminta Diskominfo Garut untuk membantu pengurusan ISP agar internet di Cilimushideung legal. "Apalagi jaringan internet ini dibangun dari biaya sendiri," kata dia.

Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement