Selasa 21 Jul 2020 11:02 WIB

Produktivitas Pekerja Indonesia Jauh dari Singapura-Malaysia

Posisi produktivitas per pekerja Indonesia peringkat kelima dari 10 negara ASEAN.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Presiden Maruf Amin
Foto: Dok. KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan tingkat produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih jauh dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data ASEAN Productivity Organization (APO) 2019 posisi produktivitas per pekerja Indonesia berada pada peringkat kelima dari 10 negara ASEAN dengan kisaran 26 ribu dollar AS per pekerja Indonesia.

Jumlah ini juga menempatkan Indonesia jauh di bawah Singapura yang produktivitas per pekerja sebesar 142.300 dola AS, sedangkan Malaysia sebesar 60 ribu dolar AS. "(Jumlahnya) hanya seperlima dari Singapura yang berada di peringkat pertama dengan produktivitas per pekerja sebesar 142.300 dolar AS. Kita juga masih terpaut jauh dengan Malaysia dengan produktivitas per pekerja sebesar 60 ribu dolar AS," kata Ma'ruf saat menghadiri virtual upacara wisuda Universitas Terbuka, Selasa (21/7).

Baca Juga

Padahal, Ma'ruf menyebut produktivitas pekerja itu merupakan salah satu kriteria sumber daya manusia (SDM) unggul. Karena itu, produktivitas harus terus dipacu agar terus meningkatkan SDM.

Untuk itu, ia menilai perlunya peran lembaga pendidikan dalam memikul tanggung jawab tersebut. Salah satunya, mendorong semakin banyak akses untuk pendidikan termasuk pendidikan tinggi.

Sebab, saat ini angka partisipasi kasar (APK) untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi kita masih di bawah 40 persen. "Karena itu, dengan adanya Universitas Terbuka yang menjadi pionir dalam pembelajaran jarak jauh diharapkan dapat mendorong angka APK tersebut menjadi lebih baik," kata Ma'ruf.

Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti ini, metode pembelajaran jarak jauh sangat cocok untuk diterapkan. Sementara, Universitas Terbuka merupakan leader di Indonesia dalam pembelajaran secara daring.

 "Jauh sebelum perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh secara daring. Universitas Terbuka sudah melakukannya. Selain biaya yang terjangkau dan mudah diakses oleh siapapun, kualitasnya pun terjamin," katanya.

Selain akses, Ma'ruf menilai kualitas pendidikan juga penting untuk ditingkatkan. Diantaranya dengan mengembangkan hard skills atau pengembangan kemampuan teknis sesuai bidangnya dan pengembangan soft skills atau pendidikan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal.

Dengan kemampuan soft skills ini diharapkan lulusan mampu beradaptasi di tengah masyarakat. Juga memiliki kemampuan mengembangkan jejaring dan kemampuan melakukan koordinasi.

"Kombinasi pendidikan hard skills dan soft skills yang baik diharapkan dapat tercipta lulusan yang memiliki keterampilan teknis humanis dan mampu menghadapi perubahan sosial," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement