Sabtu 18 Jul 2020 20:55 WIB

Reisa: Stop Stigma Negatif Perawat dan Pasien Covid

Stigma negatif terhadap perawat dan pasien Covid-19 justru berdampak buruk

Rep: Mimi Kartika/ Red: Christiyaningsih
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro. Ilustrasi.
Foto: @BNPB_Indonesia
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengingatkan stigma dan stereotip negatif yang diberikan oleh individu atau kelompok masyarakat terhadap tenaga kesehatan atau pasien Covid-19 tidak berguna dalam pengendalian pandemi. Ia meminta seluruh pihak berhenti memberikan stigma negatif terhadap mereka.

"Bahkan menurut pandangan pakar kesehatan justru dapat berkontribusi terhadap tingginya angka kematian akibat virus corona karena tidak segera ditangani," ujar Reisa saat konferensi pers daring, Sabtu (17/7).

Baca Juga

Ia kemudian mengutip hasil survei Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Ikatan Perawatan Kesehatan Jiwa Indonesia dalam siaran tertulisnya pada 11 April 2020 lalu. Hasil survei itu menyebut sebanyak 140 perawat pernah merasa dipermalukan karena statusnya sebagai petugas kesehatan yang menangani Covid-19.

"Sebanyak 140 perawat pernah merasa dipermalukan karena statusnya sebagai perawat Covid-19 atau bertugas di rumah sakit tempat penanganan Covid-19," kata Reisa.

Jajak pendapat tersebut dilakukan pada awal April 2020 terhadap 2.050 perawat di seluruh Indonesia. Hasil survei juga menyatakan 135 perawat pernah diminta meninggalkan tempat tinggalnya, 66 responden mengalami ancaman pengusiran, 160 responden mengakui orang-orang sekitar menghindari mereka, dan 71 responden mengaku masyarakat ikut menjauhi keluarga mereka.

"Mari stop stigma negatif terhadap dokter perawat pasien Covid-19 dan keluarga mereka," tutur Reisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement