REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur (Jatim) gagal memenuhi target tersebut. Sebab, Gugus Tugas Covid-19 Jatim tidak bisa menekan jumlah kasus positif Covid-19 dalam kurun waktu yang diberikan.
"Kita telah melakukan evaluasi. Memang harus diakui secara jujur hasilnya belum terlalu menggembirakan. Karena itu kita harus bekerja keras untuk memenuhi target," ujar dia saat menggelar monitoring dan supervisi terkait percepatan penanganan Covid-19 Jawa Timur di RS Lapangan, Jalan Indrapura, Surabaya, Kamis (16/7).
Monitoring dan Supervisi yang digelar dihadiri Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak, Pangkogabwilhan II, Pangdam V/ Brawijaya, dan Kapolda Jatim. Pada monitoring dan supervisi yang digelar, juga dilakukan evaluasi terkait target Presisen Joko Widodo agar Jatim bisa menekan kasus positif Covid-19 dalam dua pekan. Yakni mulai 26 Juni hingga 10 Juli 2020.
Muhadjir mengatakan, masalah utama lambatnya penurunan kasus Covid-19 di Jatim adalah kurangnya kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Padahal, kata dia, pendisiplinan protokol kesehatan adalah kunci utama dalam menekan kasus Covid-19.
Karena itu, lanjut Muhadjir Prosiden Jokowi berencana mengeluarkan Inpres dalam upaya meningkatkan kedisiplinan masyarakat. "Insya Allah Presiden akan segera menurunkan Inpres yang salah satu intinya adalah mempertegas law engagement. Jadi penegakan aturan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Itu kunci utamanya," ujar Muhadjir.
Di Jawa Timur, kata Muhadjir, berdasarkan penilaian Gugus Tugas Covid-19 pusat, kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan masih rendah. Target lain yang ingin diraih adalah menekan angka fatalitas.
Sebab, kata dia, angka fatalitas Indonesia itu berada di atas rata-rata internasional yang sebesar 0,2 persen. "Karena itu kita akan menekan itu dan salah satu penyumbang (angka fatalitas) cukup tinggi adalah Jatim untuk Indonesia," ujar Muhadjir.