Kamis 16 Jul 2020 13:53 WIB

Inovasi Kesehatan

Pandemi Covid-19 mendorong banyak perubahan dalam tatanan inovasi kesehatan Indonesia

inovasi kesehatan. Foto: ilustrasi.
Foto:

Association University Technology Managers (AUTM), sebuah organisasi technology transfer office Amerika melaporkan, mereka melahirkan 380 ribu produk dalam kurun 20 tahun dan 80 ribu di antaranya menghasilkan paten internasional.

Technology transfer office sudah lama dikenal sebagai wadah penyatuan gagasan antara peneliti dan industri dalam upaya melahirkan sebuah inovasi dan produk. Hadirnya pihak industri sejak awal proses penelitian, dinilai berpotensi mengarahkan hasil inovasi agar lebih mengakomodasi kebutuhan masyarakat.

Di Indonesia sendiri tercatat kurang lebih 80 perguruan tinggi memiliki kantor hak atas kekayaan intelektual (HAKI) yang diharapkan berfungsi sebagai katalisator komunikasi antara peneliti dan industri. Namun tampaknya, hal ini masih cukup sulit berjalan dengan ideal, mengingat diperlukan fasilitas penunjang yang luar biasa dalam pembangunan tingkat maturitas teknologi, serta sering ditemukan gagasan yang belum seirama antara para peneliti dan industri.

Menyatukan gagasan

Pandemi Covid-19 mendorong banyak perubahan dalam tatanan inovasi kesehatan Indonesia. Kita bisa menyaksikan lahirnya ratusan inovasi anak negeri yang sangat membantu pemerintah dalam penanganan pandemi.

Khusus bidang alat kesehatan dan obat, kita mendapatkan tantangan bagaimana uji pra klinik ataupun uji klinik bisa dilaksanakan dengan sangat cepat, sehingga mampu meyakinkan para inventor bahwa produknya akan segera digunakan di pasar.

Konsep demand readiness level sangat membantu akselerasi hilirisasi inovasi, meng ingat gagasan para peneliti dan industri sudah seirama karena tujuannya menjawab kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi. Saat ini, kita memilki produk ventilator dalam negeri yang sudah dalam tahap uji klinik. Begitu pula, kita harapkan pada produk vaksin ataupun obat untuk penyakit Covid-19.

Pandemi Covid-19 memberikan contoh nyata bahwa ke butuhan pasar (masyarakat) yang sangat tinggi, dapat menyamakan persepsi peneliti dan industri, sehingga inovasi dilakukan serta di dorong lebih cepat ke dalam ranah produksi dan pemanfaatan.

Dengan kata lain, sebuah inovasi yang memiliki demand readi ness level tinggi dapat lebih cepat didorong ke tingkat produksi walaupun tingkat kesiapterapan teknologinya relatif masih belum siap.

Tingkat kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi diyakini, merupakan simpul kekuatan atau gerbong penarik inovasi kesehatan di negeri ini, yang dapat didorong lebih kencang dengan kekuatan teknologi. Betapa Indonesia menantikan lahirnya produk obat serta alat kesehatan dalam negeri demi terwujudnya kesehatan bagi semua.

Kita membutuhkan produk alat kesehatan substitusi impor yang masih mendominasi pasar (sebesar 94 persen), serta melahirkan obat berbahan alam Indonesia yang mampu menggantikan impor active pharmaceutical ingredient dari India atau Cina.

Kolaborasi lintas disiplin dan kekuatan pentaheliks akan mewujudkan konsep "Market pull-technology push" dalam setiap inovasi di bidang kesehatan.

*) Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement