Rabu 15 Jul 2020 20:40 WIB

Masuki Aging Population, Lansia Jadi Perhatian BKKBN

Proyeksi jumlah lansia di Indonesia sudah 9,6 persen.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolandha
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Tanah Air yang terus bertambah membuat Indonesia memasuki aging population. Karena itu, nasib kelompok rentan ini harus diperhatikan.
Foto: Flickr
Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Tanah Air yang terus bertambah membuat Indonesia memasuki aging population. Karena itu, nasib kelompok rentan ini harus diperhatikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kelompok lanjut usia (lansia) di Tanah Air yang terus bertambah membuat Indonesia memasuki aging population. Karena itu, nasib kelompok rentan ini harus diperhatikan.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengaku lansia menjadi perhatian penting bagi BKKBN karena bangsa Indonesia akan memasuki aging population. 

Baca Juga

"Kita tahu proyeksi jumlah lansia sekarang sudah 9,6 persen dan apabila jumlah lansia mencapai 10 persen maka negara kita masuk dalam aging population. Itulah hal yang paling penting untuk kita sadari bersama," ujarnya saat webinar BKKBN bertema "Pahami Lansia, Bahagia Seluruh Keluarga", Rabu (15/7).

Ia menambahkan, ada satu permasalahan yang harus benar-benar dipertimbangkan yaitu rasio ketergantungan (dependency ratio) antara lansia yang sudah tidak produktif lagi dibandingkan usia produktif antara usia 15-65 tahun terus meningkat. Artinya semakin banyak lansia bahkan jumlahnya hingga 15 persen, dia melanjutkan, maka dia harus ditanggung kehidupannya oleh warga usia produktif. Oleh karena itu ia menegaskan harus ada keseimbangan dependency ratio menurunnya balita, bayi dan anak dibawah usia 15 tahun. Hasto mengaku urusan ini yang menjadi perhatian pihaknya. Sehingga kalau lansianya bertambah, kemudian juga balitanya tidak menurun maka dependency ratio lebih cepat meningkat. Sehingga beban pembangunan itu akan lebih berat. 

"Inilah perhatian kami sehingga lansia harus lebih sehat, harus lebih berkualitas, dan lebih produktif. Dengan demikian, bonus demografi jilid dua bisa kita dapatkan," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat menambahkan, para lansia tersebut memiliki tingkat ketergantungan atau rasio dependensi yang meningkat drastis dari 15,7 persen pada 2020 dan diperkirakan akan mencapai 33,3 persen pada 2040. Walaupun sebagian lansia masih dianggap membebani keluarga atau orang-orang yang masih berusia produktif, Kemensos tetap berharap kehadiran para lansia dipandang sebagai warga negara pada umumnya. Artinya bukan dipandang sebagai beban dari keseluruhan penduduk yang ada. 

"Tetapi harus ditempatkan secara bijak atas potensi dan kearifan yang dimiliki para lansia untuk mengawal bangsa ini, karena dengan pengalaman yang panjang, sudah tentu memiliki hal-hal yang patut kita maknai di era kekinian atas dasar pengalaman yang dimiliki orang tua kita," katanya.

Untuk mendukung ketahanan para lansia tersebut, Kemensos juga sudah melakukan banyak hal, salah satunya melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini sudah memberikan dukungan kepada keluarga yang tinggal bersama lansia, termasuk prioritas yang berusia 70 tahun ke atas, yaitu sebanyak 1,1 juta jiwa.

"Dan ini (lansia) mendapatkan pendampingan intensif melalui family development session yang dilakukan pendamping PKH," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement