Kamis 16 Jul 2020 03:44 WIB

Hasil Survei Disdik Jabar, Siswa Temui 7 Kendala Selama PJJ

Ada tujuh kendala besar yang dirasakan orang tua dan siswa saat PJJ

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Esthi Maharani
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Foto: ANTARA/FENY SELLY
Siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Seluruh SMA/SMK di Jawa Barat masih melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran secara daring, termasuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2020/2021.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat (Jabar) Dedi Supandi, Disdik Jabar sendiri sudah melaksanakan survei kepada orang tua dan peserta didik terkait kendala-kendala yang dialami selama PJJ.

"Dari survei itu terangkum tujuh kendala besar yang dirasakan orang tua maupun peserta didik," ujar Dedi kepada wartawan, Rabu (15/7).

Pertama, kata Dedi, adalah orang tua terbebani kuota internet. Kedua, orang tua kesulitan mendampingi anak dalam pembelajaran secara daring. Ketiga, orang tua berharap anak mandiri mengikuti PJJ.

Keempat, peserta didik berharap pembelajaran daring tidak dipenuhi tugas. Kelima, materi yang disampaikan harus komunikatif dan kontekstual. Keenam, orang tua dan siswa sulit berkomunikasi langsung dengan guru.

"Terakhir, ada beberapa SMA/SMK yang tidak memiliki akses internet," kata Dedi.

Menurutnya, dari berbagai kendala yang dialami orang tua dan peserta didik, pihaknya sudah menempuh sejumlah upaya. Tujuannya supaya pembelajaran daring berjalan optimal.

"Kami menempatkan siswa, orang tua, pengawas, dan guru, masing-masing memiliki tugas. Kemudian semua pihak harus berinovasi, khususnya guru dalam menyampaikan materi secara interaktif. Kami juga sudah mengalokasikan biaya internet melalui dana BOS," paparnya.

Untuk menyelesaikan permasalahan infrastruktur teknologi atau akses internet, kata dia, pihaknya mengirim modul-modul ke rumah peserta didik via PT Pos Indonesia. Kemudian, guru ada yang datang ke rumah peserta didik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Ada beberapa modul yang dikirim kepada siswa yang blank spot melalui PT Pos. Kalau seandainya guru harus berkeliling menemui peserta didik dengan tetap terapkan protokol kesehatan. Itu kami lakukan supaya pembelajaran daring tetap berlangsung optimal," katanya.

Dedi mengatakan, komunikasi orang tua, guru, dan peserta didik amat krusial dalam pembelajaran daring. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada semua pihak untuk menggunakan aplikasi termudah, seperti aplikasi pesan singkat, dalam memberikan materi pembelajaran dan forum tanya jawab.

"Bagaimana cara pembelajaran tetap berjalan, tetapi tidak tatap muka," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement