REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas NH Kertopati mengatakan pimpinan TNI Angkatan Darat harus menyelidiki embrio penyebab 1.280 personel di Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat (Secapa AD) Bandung, Jawa Barat, positif Covid-19. "Jadi, menurut saya pihak pimpinan TNI AD harus menyelidiki embrio, sehingga bisa didapati ribuan siswa prajurit terkena Corona di Secapa," kata Susaningtyas, di Jakarta, Ahad (12/7).
Menurut dia, kedisiplinan dan kepatuhan pimpinan dan siswa Secapa dalam melaksanakan protokol kesehatan harus pula ditelisik. Apakah sudah benar atau belum.
"Evaluasi pimpinan Secapa adalah sebuah keniscayaan," kata wanita yang biasa disapa Nuning ini.
Oleh karena itu, dia menyarankan pusat pendidikan TNI-Polri menerapkan kuliah daring. Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai menjadi alternatif model pendidikan di masa pandemi Covid-19.
"Memang kuliah video conference, saat ini menjadi jalan keluar. Tetapi dalam pendidikan TNI/Polri ada mata pelajaran atau perkuliahan yang menuntut tatap muka," kata Nuning.
Kasus penyebaran Covid-19 di Secapa AD harus menjadi perhatian, walaupun TNI sudah memiliki aturan resmi menyikapi Covid-19. Sejak Covid-19 mulai mewabah, lanjutnya, pemerintah telah memberikan instruksi agar setiap lembaga negara dan instansi pemerintah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk TNI dan jajarannya.
Nuning menjelaskan satuan-satuan TNI telah disiagakan untuk prosedur pencegahan penularan kepada prajurit TNI dan pegawai negeri sipil (PNS), beserta keluarga.
Upaya reguler selama ini adalah pemeriksaan kesehatan berkala untuk perwira dan PNS sederajat sebanyak dua kali per tahun. "Dan Bintara, Tamtama, serta PNS sederajat satu kali per tahun," jelasnya.
Menurut dia, ketika Covid-19 mulai mewabah, maka seluruh Dinas Kesehatan TNI memeriksa file kesehatan seluruh personel. Hasil pemeriksaan membagi tingkat kesehatan mulai dari kondisi status kesehatan (Stakes) 1, kondisi Stakes 2, Stakes 2P dan Stakes 3.
Seluruh personel dengan kondisi Stakes 3 sudah mendapat tambahan obat dan suplemen, sekaligus mencegah kontak langsung dengan masyarakat luas. Kondisi Stakes 2P ke atas, meningkatkan stamina olahraga dan tindakan pencegahan sebagaimana standar Kementerian Kesehatan dari organisasi kesehatan dunia (WHO).
Satuan TNI di sekitar wilayah yang banyak interaksi dengan masyarakat luas juga melakukan pemeriksaan kesehatan tambahan setiap dua pekan. Prosedur menerima kunjungan dari delegasi militer negara lain dilakukan dengan pengukuran suhu dan larangan kontak fisik langsung.
"Prajurit TNI yang terlibat dalam Komando Tugas Gabungan yang bertugas di Pulau Natuna dan Pulau Sebaru adalah prajurit TNI pilihan dengan kondisi Stakes 1 semuanya. Hingga kini setelah bertugas di Pulau Natuna seluruh prajurit TNI dalam kondisi Stakes 1 semua. Demikian pula yang kini masih bertugas di Pulau Sebaru," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa mengatakan kegiatan pendidikan di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) masih tetap berlanjut sesuai kurikulum. Meski begitu, karantina bagi sekitar 1.200 personel TNI yang positif itu masih tetap dilakukan di lingkungan Secapa AD dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Jadi di dalam kegiatan sehari-hari sesuai jadwal mereka, kami isolasi mereka, tapi bukan di dalam barak saja, tetap keluar (barak), kepada setiap mereka kami belikan obat, kami awasi mereka saat istirahat juga," kata Jenderal Andika di Markas Kodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Sabtu (11/7).
Kemudian pada malam hari, katanya, petugas pendidik di sana tetap mengawasi dan memastikan para siswa untuk tidur pada saatnya demi menjaga stamina tetap baik meski terinfeksi Covid-19. "Setelah itu mereka juga olahraga, membuat mereka kelelahan," katanya.
Hal itu dilakukan karena siswa bersama staf yang dikarantina di Secapa AD tidak mengalami gejala apapun meski terinfeksi. Namun pembatasan ketat juga dilakukan agar mereka yang positif tidak berkontak dengan yang negatif.
"Positif itu diagnosa, tapi secara realita mereka tidak merasakan apa-apa. Tapi tetap mereka dibatasi, supaya tidak berhubungan langsung dengan yang negatif," katanya.