REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menerima dan menyerahkan pohon secara virtual dalam rangka Gerakan Tanam+Pelihara 50 Juta Pohon dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, akhir pekan ini. Pemerintah Provinsi Jabar melalui Dinas Kehutanan pun sudah mengkalkulasi 50 juta pohon sebagai jumlah yang dibutuhkan untuk mengembalikan kualitas ekosistem di Jabar.
“Tadinya saya kira, kita hanya kurang 25 juta pohon untuk me-recover kualitas ekosistem Jawa Barat. Ternyata hasil hitungannya dua kali lipat, kita butuhnya 50 juta pohon,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Ahad (12/7).
Untuk mencapai target 50 juta pohon, Emil pun meminta, agar gerakan tersebut dilakukan melalui sebuah inovasi dan kolaborasi terutama melibatkan semua warga Jabar yang sedang berbahagia. Seperti warga yang menikah, ASN yang promosi, hingga warga Jabar yang berulang tahun (Ultah).
Emil mengatakan, target jumlah 50 juta pohon pun kurang lebih sama dengan jumlah penduduk Jawa Barat yang hampir 50 juta jiwa sehingga target menanam dan memelihara 50 juta pohon bisa terkejar.
“Kemudian juga yang perpanjangan STNK roda dua dan roda empat, kalau (wajib pajak) roda dua menyumbang lima pohon, (wajib pajak) roda empat sepuluh pohon. Kemudian dunia usaha, salah satunya menyumbang minimal 100 pohon,” paparnya.
Khusus yang memproses izin mendirikan bangunan (IMB), kata dia, karenna mendapatkan izin bangunan, dia mengubah tanah hijau menjadi bangunan. Maka, secara teori lingkungan berarti merusak tapi kebutuhan secara legal. "Artinya feeling guilty-nya dikompensasi melalui menyumbang seribu pohon,” kata Emil.
Emil menjelaskan, gerakan tanam dan pelihara pohon ini didasari beberapa penelitian ilmiah, salah satunya disertasi asal Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait naiknya suhu di Indonesia dengan mengambil sampel Kota Bandung yang dilaksanakan sekitar lima tahun.
Dari disertasi tersebut, kata Emil, menyimpulkan bahwa naiknya suhu disebabkan karena bangunan yang semakin banyak sementara pohon terus berkurang. Sehingga, bumi makin panas karena manusia berpopulasi.
Akibat dari populasi ini mengakibatkan semua berloma-lomba berebut sumber daya, berebut air, jalan mau ke kantor atau sekolah, berebut layanan pendidikan, kesehatan, dan berebut ruang yang mengakibatkan zona hijau jadi berkurang dan zona bangunan menjadi bertambah.
“Jadi, kesimpulannya suhu di Jawa Barat hanya bisa dikompensasi kalau mengembalikan lagi jumlah pohon yang proporsional. Bisa menanam di lahan kosong atau menanam di atap bangunan,” katanya.
Untuk itu, kata Emil, gerakan menanam dan memelihara pohon ini harus dilakukan di dua wilayah, yakni di tanah-tanah yang normal atau menanam pohon di atap bangunan (urban farming) dan di halaman gedung-gedung beton sehingga menjadi penghasil oksigen.
Emil juga merujuk hasil penelitian di Amerika Serikat terkait manfaat lain dari pohon. Hasil penelitian itu menyatakan, orang yang sering melihat dan memegang pohon maka stimulasi pada otaknya akan lebih kencang sehingga daya hafalnya akan lebih tinggi.
“Jadi, saya imbau perusahaan-perusahaan atau tempat kerja, di kantor tiap mejanya dikasih pot bunga yang bisa hidup secara interior. Itu kalau stres pegang saja daunnya,” kata Emil.
Sementara hasil penelitian secara psikologi, kata Emil, menyatakan bahwa apabila kita berdiri di bawah pohon besar maka adrenalin kita akan turun sehingga daya kerja otak akan lebih rileks. Hujan oksigen dari pohon besar akan menurunkan derajat adrenalin dan stres sehingga bisa lebih rileks.
“Inilah kajian-kajian ilmiah yang saya kuasai yang melahirkan Gerakan 50 Juta Pohon,” katanya.
Sementara menurut Kepala Dinas Kehutanan Jabar Epi Kustiawan, Gerakan Tanam+Pelihara Pohon telah dicanangkan secara langsung oleh Ridwan Kamil pada 9 Desember 2019. Di tengah pandemi COVID-19, sosialisasi gerakan ini pun terus dilakukan Dinas Kehutanan Jabar, salah satunya melalui media sosial.
Sejak dicanangkan, progres jumlah penerimaan kontribusi bibit untuk gerakan ini hingga 10 Juli 2020 telah mencapai 3.913.334 batang pohon. “Kontribusi bibit pohon ini berasal dari lulusan SMA/SMK, perguruan tinggi, kemudian dari ASN, dari dunia usaha, dan perorangan,” kata Epi.
Epi mengatakan, dunia usaha yang mendukung gerakan ini antara lain PT Astra Zeneca yang akan menyumbang 10 juta bibit pohon dalam lima tahun, Yayasan Gajah Sumatera sebanyak 2,5 juta bibit pohon dalam tiga tahun, PT Triwana Karya Hutama 1,2 juta bibit pohon pada 2020, dan 17 perusahaan pengguna kawasan hutan sebanyak 42.104 bibit pohon.