Kamis 09 Jul 2020 17:52 WIB

Mendesak Pelacakan Klaster Covid-19 Santri Gontor

Pesantren harus mengadopsi kepatuhan protokol Covid-19 sebagai bagian dari ibadah.

Seorang santri Pondok Pesantren Gontor asal Kalbar menjalani tes diagnostik cepat atau rapid test di aula Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (17/6/2020). Pemerintah Provinsi Kalbar menggelar rapid test gratis bagi 400 santri asal Kalbar yang hendak kembali ke Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur untuk menempuh pendidikan
Foto: ANTARA/JESSICA HELENA WUYSANG
Seorang santri Pondok Pesantren Gontor asal Kalbar menjalani tes diagnostik cepat atau rapid test di aula Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (17/6/2020). Pemerintah Provinsi Kalbar menggelar rapid test gratis bagi 400 santri asal Kalbar yang hendak kembali ke Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur untuk menempuh pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Zahrotul Oktaviani, Rossi Handayani, Dessy Suciati Saputri, Antara

Kasus santri terpapar Covid-19 kembali terjadi di Pondok Modern Gontor kampus 2, Ponorogo, Jawa Timur. Temuan ini muncul setelah tujuh santri melakukan tes usap PCR.

Baca Juga

Ketua PBNU Bidang Pendidikan, Muhammad Nuh, meminta pesantren segera melakukan pelacakan atau penelusuran terhadap temuan itu.

"Begitu terjadi klaster begini, harus segera dilakukan tracing. Termasuk di dalamnya tes supaya lebih presisi. Jangan hanya scanning," ujar M Nuh saat dihubungi Republika, Kamis (9/7).

Pelacakan atau tes diperlukan agar hasilnya lebih presisi dan jelas. Jika tidak, potensi menyebar dan menularkan virus Covid-19 ke lebih banyak orang terbuka sangat lebar.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan periode 2009-2014 ini juga mengingatkan agar pesantren taat mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Karakteristik Covid-19 disebut tidak mengenal kekhususan wilayah dan waktu. Semua tempat bisa menjadi potensi penularan pandemi global ini.

Penularan atau munculnya klaster baru bisa terjadi karena dua hal. Pertama, ada pembawa atau carrier virus tersebut. Kedua, di lokasi tersebut dimungkinkan penularannya.

"Yang harus diperhatikan, jangan sampai ada media yang memungkinkan transmisi virus itu. Pastikan semua memenuhi protokol Covid-19, termasuk pakai masker dan rajin mencuci tangan," lanjutnya.

Saat ini, ia menilai banyak yang belum memahami jika pembawa virus ini bisa saja tidak menunjukkan gejala sakit. Sehingga, orang tersebut dan lingkungan sekitar dengan santai berpindah lokasi tanpa mengindahkan protokol kesehatan yang ada.

M Nuh mengingatkan agar semua pihak mematuhi protokol yang ada tanpa terkecuali. Ia juga mengakui, tradisi pesantren akrab dengan suasana guyub dan interaksi sosial fisik yang berdekatan. Namun, dalam kondisi ini, perilaku tersebut bisa menimbulkan persoalan tersendiri.

Lingkungan pesantren yang sudah terbiasa patuh, diharap ditingkatkan lagi dalam hal kesehatan. Patuh tidak hanya untuk urusan agama, seperti sholat, tapi juga patuh menggunakan masker, menjaga jarak sosial, serta rajin mencuci tangan.

Kepatuhan terhadap protokol Covid-19 harus dianggap sebagai bagian dari ibadah. Hal ini termasuk dalam usaha mencegah kemudharatan.

Terkait beberapa pesantren yang belum memulai pembelajaran, M Nuh mengingatkan jika mencegah kemudharatan harus lebih diutamakan dan mendahulukan kemanfaatan.

"Kalau menurut para ahli kesehatan kondisi Covid-19 di Indonesia belum aman, maka yang mestinya pembelajaran tatap muka dan ada sentuhan fisik, harus diubah," kata dia.

Pesantren harus rela menunda pelaksanaan pembelajaran di kelas atau pesantren. Selain itu, proses transfer ilmu di zaman ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengaku prihatin atas kasus Covid-19 yang terjadi pada sejumlah santri. Sementara penularan kasus belum dipastikan terjadi di dalam pesantren.

"Saya prihatin dengan kasus-kasus Covid-19 di beberapa pesantren baik santri maupun ustadz. Perlu ada pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh untuk pesantren yang sudah mulai proses pembelajaran," kata Abdul, Kamis (9/7).

Abdul mengimbau agar pesantren yang belum memulai proses belajar untuk menundanya terlebih dahulu. "Untuk yang belum memulai proses pembelajaran sebaiknya ditunda dulu agar dapat menyiapkan dengan baik," kata dia.

Bupati Ponogoro, Ipong Muchlissoni menyebut, Pondok Gontor 2 merupakan klaster baru Covid-19. Jumlah santri di Pondok Gontor yang terkonfirmasi positif Covid-19 tujuh orang, berdasarkan data Rabu (8/7) kemarin.

“Bisa disebut klaster Gontor. Untuk itu langkah sementara kami isolasi dulu,” kata Ipong. Ketujuh santri itu diketahui berasal dari Sidoarjo, Manado, Banjar (Kalsel), Ternate, Gowa dan dua orang dari Makassar.

Para santri yang terkonfirmasi positif Covid-19 ini tiba dan tinggal di sekitar kompleks Pondok Modern Darussalam Gontor 2, sekitar tiga pekan lalu atau sekitar pertengahan Juni. Hampir bersamaan dengan kedatangan santri asal Sidoarjo yang pertama kali terkonfirmasi positif Covid-19.

Akan tetapi, santri asal Makasar (dua), Manado (satu), Banjarmasin (satu), Ternate (satu) dan Gowa (satu) ini diketahui masuk Pondok Gontor dengan membawa surat keterangan sehat, namun tanpa disertai hasil tes cepat (rapid test) Covid-19. Temuan kasus baru pada santri/calon santri ini diketahui saat mereka yang lulus ujian seleksi dan hendak berangkat ke Ponpes Gontor Cabang Ternate melakukan tes cepat Covid-19 pada 2 Juli dan hasilnya reaktif.

Petugas kesehatan lantas melakukan pengambilan spesimen usap (swab) tenggorokan keenam santri dengan hasil positif Covid-19 sebagaimana hasil uji laboratorium BPTKL Surabaya yang keluar Rabu (8/7). "Keenam santri sekarang sudah diisolasi di ruang perawatan RSUD dr Hardjono, untuk mencegah penularan lebih lanjut," katanya.

Ipong memastikan, temuan enam kasus baru pada santri di Pondok Modern Gontor 2 ini belum terkait langsung dengan kasus konfirmasi pertama yang menimpa santri asal Sidoarjo. "Jadi ini bukan hasil RDT (rapid test/tes cepat) Covid-19 masal yang dilakukan terhadap 92 santri yang dicurigai kontak erat pasien pertama (santri asal Sidoarjo) yang lebih dulu terkonfirmasi corona. Hasil tracing keluar antara dua atau tiga hari lagi," ujar Ipong.

Temuan kasus santri positif Covid-19 juga pernah terjadi di Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur. Santri yang terinfeksi ini berasal dari Surabaya.  

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengingatkan masyarakat agar menjaga sirkulasi udara di ruangan tertutup sehingga virus Covid tak bertahan lama di dalam suatu ruangan. Sirkulasi udara yang baik akan membuat udara tak terperangkap di dalam ruangan.

“Untuk kita yang kerja pada ruang tetap, di ruang kerja yang kantor pastikan bahwa sirkulasi udara, bahwa ventilasi ruang kerja kita setiap hari terganti udaranya,” ujar Yurianto saat konferensi pers, Kamis (9/7).

Ia menjelaskan, penularan virus corona salah satunya yakni melalui droplet orang yang sakit. Sedangkan, microdroplet yakni droplet dengan ukuran yang sangat kecil bisa bertahan cukup lama di lingkungan, terutama di wilayah yang tertutup dan kurang ventilasi.

“Maka, microdroplet ini akan melayang-layang dalam waktu yang relatif lama,” kata dia.

Karena itu, ia meminta agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan menjaga jarak, serta mencuci tangan. Cara ini merupakan langkah yang paling efektif untuk melindungi diri dari penularan Covid-19.

Tak hanya di dalam ruangan, Yurianto juga mengingatkan agar ventilasi kendaraan seperti mobil agar terjaga dengan baik. “Sempatkan di pagi hari untuk membuka semua jendela mobil dan beri kesempatan udara di dalam ruangan tergantikan dengan udara yang baru, yang berasal dari luar dan setelah itu baru kita tutup,” kata dia.

photo
Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan protokol kesehatan bagi pesantren pada masa pandemi virus corona atau Covid-19. - (Pusat Data Republika, Kemenag, )

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement