Senin 06 Jul 2020 17:36 WIB

Keluhan Bima Arya Tiap Senin di Stasiun KRL Bogor

Kemenhub diminta melonggarkan batas kapasitas angkutan KRL.

Sejumlah calon penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline mengantre memasuki Stasiun KA Bogor di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Pemandangan serupa masih terjadi pada Senin (6/7/2020) di Stasiun Bogor dan sejumlah stasiun lagi setelahnya. Keterbatasan kapasitas penumpang akibat protokol Covid-19 menyebabkan penumpang menumpuk.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sejumlah calon penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) Commuterline mengantre memasuki Stasiun KA Bogor di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (29/6/2020). Pemandangan serupa masih terjadi pada Senin (6/7/2020) di Stasiun Bogor dan sejumlah stasiun lagi setelahnya. Keterbatasan kapasitas penumpang akibat protokol Covid-19 menyebabkan penumpang menumpuk.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahayu Subekti, Nugroho Habibi, Ali Mansur, Antara

Waktu baru menunjukkan pukul 04.30 WIB. Ketika banyak rumah masih gelap gulita, sejumlah calon penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) sudah mengantre di Stasiun Bogor, Senin (6/7).

Antrean calon penumpang KRL terlihat mulai dari dekat peron di dalam stasiun, di lorong dalam stasiun, di halaman stasiun mulai dari depan pintu tap tiket mengular sampai ke luar dan di lorong luar stasiun sampai ke pintu masuk parkir mobil. Antrean bisa jaraknya lebih dari 150 meter. Penumpang kereta namun tetap rapi dan tertib.

Vice President Corporate Communications KCI Anne Purba, Senin, mengatakan pemberangkatan KRL dari Stasiun Bogor mulai pukul 04.00 WIB. Pada saat itu belum terjadi antrean.

Namun, kedatangan warga Kota Bogor dan sekitarnya yang akan berangkat ke Jakarta jauh lebih banyak dari jumlah kapasitas penumpang KRL yang diberangkatkan sehingga terjadi antrean yang semakin panjang. Antrean terlihat masih tampak panjang sampai sekitar pukul 07.00 WIB, tapi tampak tertib dan rapi karena pegawai stasiun yang dibantu personil dari Polri dan TNI mengaturnya dengan baik. Para pengantre dibuat jalur khusus yang dibatasi oleh pagar pembatas maupun plastik garis polisi, sehingga antrian tetap berada di dalam koridor antrean.

Anne mengatakan, antrean serupa juga terjadi di Stasiun Cilebut, Bojong Gede, Bekasi, dan Rangkasbitung. "Hingga pukul 10.00 WIB tercatat ada 166.044 pengguna KRL, meningkat tujuh persen dibanding Senin (29/6) lalu pada kurun waktu yang sama," kata Anne.

Di Stasiun Bogor, lanjut dia, setiap pemberangkatan bus bantuan dari pemerintah terus ramai digunakan para calon pengguna KRL. Bus yang mulai beroperasi sejak pukul 05.00 WIB telah melayani trayek Stasiun Bogor menuju Tebet, Manggarai, Tanah Abang, dan Juanda.

Anne mengungkapkan, PT KCI terus menginformasikan kondisi antrean di sejumlah stasiun melalui aplikasi KRL Access dan twitter @commuterline. Update informasi berkala ini sudah dilakukan sejak 29 Juni 2020 lalu.

"Bahkan update informasi kondisi antrean ini kini menjangkau hingga Stasiun Cilebut sampai Stasiun Depok sehingga para calon pengguna KRL dapat menyesuaikan waktu keberangkatannya," jelas dia.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengeluhkan jumlah KRL yang terus mengalami peningkatan setiap Senin. Bahkan, penumpang hampir mencapai kondisi normal yang biasanya sebanyak 200 ribu orang setiap harinya.

Bima mengatakan, telah berkoordinasi dengan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Doni Monardo. Namun, penumpang yang telah dibagi dalam shift kerja tetap saja menggunakan kereta rel listrik (KRL) pada waktu yang bersamaan.

"Ini tidak bisa begini semua. Kita juga kewalahan. PT KCI (Kereta Commuter Indonesia) juga kewalahan," keluh Bima di Stasiun Bogor.

Menurut Bima, shift kerja bisa lebih efektif lagi jika jarak kerjanya lebih dijauhkan. Demikian, karyawan yang bekerja di DKI Jakarta tak menggunakan KRL secara bersamaan.

Bima menjelaskan, telah menyiapkan bantuan bus gratis untuk mengurangi kepadatan penumpang di Stasiun Bogor. Namun, bantuan itu tak dapat mengurai penumpukan di Stasiun Bogor.

Solusi lain, Bima menguraikan, penumpang KRL bisa dapat diurai dengan cepat jika gerbong KRL tak lagi dibatasi 75 penumpang. Namun, kata dia, harus dipastikan dulu kerentanan persebaran Covid-19 di KRL.

"Tapi kan ini perlu kajian akademis juga. Makanya kita sepakat dengan Pak Gubernur (Jawa Barat) akan sering dilakukan tes di sini. Untuk mengukur kerentanan," jelas Bima.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Didiek Hartantyo mengharapkan Kementerian Perhubungan memberikan relaksasi batas kapasitas angkut kereta rel listrik (KRL). Semenjak masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, penumpang KRL terus padat.

“Sesuai Surat Eadaran Ditjen Perkeretaapian Nomor 14 Tahun 2020, diusulkan agar kapasitas KRL dapat ditingkatkan dari 45 persen menjadi 60 persen pada tahap selanjutnya setelah evaluasi dari berbagai pihak,” kata Didiek dalam pernyataan tertulisnya, Senin (6/7).

Apabila kapasitas ditingkatkan menjadi 60 persen atau sekitar 100 pelanggan per kereta, Didiek memastikan antrean di stasiun dapat dikurangi. Didiek mengatakan, meski ada penambahan kapasitas angkut, protokol kesehatan tetap akan KAI jalankan dengan ketat.

“Ini seperti yang sudah dilakukan sejak awal pandemi Covid-19 seperti disiplin memakai masker, baju lengan panjang, rutin cuci tangan, tidak memegang wajah, mata, dan mulut serta tidak berbincang-bincang selama di dalam kereta,” ungkap Didiek.

Dia memastikan, sejak ditetapkan kapasitas angkut maksimal 45 persen atau 74 pelanggan perkereta pada 8 Juni 2020, KAI melalui PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah dengan baik mengantisipasi kepadatan di stasiun dan kereta dengan berbagai pengaturan protokol kesehatan yang ketat.

Didiek memastikan menegaskan operasional KRL saat ini sudah maksimal. “Jumlah yang dioperasikan sudah sebanyak 947 perjalanan atau mencapai 95 persen dari 991 perjalanan yang reguler dijalankan pada masa normal sebelum pandemi Covid-19,” kata Didiek.

Dia menjelaskan, waktu tunggu di Stasiun Bogor di setiap antar kereta sudah menjadi lima menit sekali. Hanya saja, hal tersebut tetap belum mampu mengurangi antrean karena kapasitas yang disediakan masih dibatasi dalam setiap perjalanan.

Agar menjadi lebih tertib, antrean penumpang KRL dibagi tiga kelompok, yakni di dalam stasiun, di halaman stasiun, dan di luar stasiun, sehingga tidak terjadi penumpukan. Jumlah penumpang KRL masih dibatasi maksimal 74 orang dengan setiap gerbong dan menerapkan protokol kesehatan.

Penumpang KRL yang berangkat dari Stasiun Bogor menuju ke Stasiun Jakarta Kota dan Tanah Abang jumlahnya semakin meningkat. Menurut catatan KCI, jumlah penumpang yang berangkat dari Stasiun Bogor pada pukul 04.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB pada Senin pekan lalu sekitar 12.000 orang, tapi Senin hari ini jumlahnya sudah sekitar 15.000 orang.

Meskipun jumlah penumpang KRL belum mencapai normal, tapi sudah semakin ramai. Dalam kondisi normal, penumpang KRL yang berangkat dari Stasiun Bogor pada Senin pagi sekitar 25.000 orang.

PT KCI untuk sementara melarang balita menggunakan KRL, mengatur lansia hanya dapat naik KRL di luar jam-jam sibuk. Begitu pula dengan barang bawaan pengguna yang dapat mengganggu physical distancing. Selama berada di dalam kereta, para pengguna juga dilarang untuk berbicara baik secara langsung maupun melalui telepon genggam.

PT KCI menyesuaikan jam operasional menjadi pukul 04.00-21.00. Jumlah pengguna tetap sesuai aturan dari Kemenhub yaitu 35 persen dari kapsitas atau 74 orang per kereta hingga hari ini.

photo
10 besar daerah dengan rasio kasus Covid-19 tertinggi. - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement