REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Nusantara Foundation di Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali menggelar acara bincang santai bersama Ustaz Abdul Somad, pada Ahad (5/7) malam. Dalam acara yang digelar secara daring tersebut, Ustaz Shamsi Ali bertanya tentang dukungan UAS terhadap Prabowo Subianto pada momentum Pilpres 2019 lalu.
Dia bertanya tentang perasaan UAS setelah melihat Prabowo yang justru bergabung dengan pemerintahan setelah Pilpres selesai. Lalu, UAS pun menjawab dengan menyampaikan tiga hal.
“Ada tiga hal ustaz, yang pertama saya tidak pernah menyamapaikan pendapat saya. Setiap menjawab pertanyaan saya katakan ini Mazhab Syafi’i, ini pendapat Imam Nawawi, ini pendapat Ibnu Hajar Al-Haitami,” ujar UAS menjawab pertanyaan Ustaz Imam Shamsi Ali.
Begitu juga dalam situasi pandemi Covid-19 ini, UAS mengaku tidak pernah menyampaikan pendapat pribadinya. Dia hanya menyampaikan ajaran dari kitab yang dibacanya, sehingga UAS merasa lebih aman ketika mengutarakan pendapat. “Begitu juga saat memutuskan saya harus bertemu dengan Pak Prabowo, itu bukan ijtihad saya, tapi saya mengikuti ijtihad ulama,” ungkap UAS.
Menurut UAS, ada tiga orang yang saat itu meminta dirinya untuk bertemu dengan Prabowo. Saat itu dia pun berpikir bahwa ketiga orang tersebut tidak memiliki kepentingan apapun. “Maka, ketika saya diminta bertemu, saya bertemu, dan saya tidak terpikir apa konsekuensi setelah itu. Karena memang saya orang yang dididik untuk patuh kepada ulama, menghormati ulama, apa kata ulama,” katanya.
Kedua, UAS juga menegaskan bahwa ia tidak pernah mendukung sosok seseorang dalam dunia politik. Dia mengaku hanya mendukung gagasan dan ide-idenya saja. “Maka, ketika ada orang yang bertanya pada saya, apakah ustaz kecewa (pada Prabowo), saya katakan saya tidak pernah kecewa, karena saya tidak melihat orang, yang saya lihat adalah gagasan atau ide-ide,” jelas UAS.
Ketiga, UAS merasa bahwa ada hikmah yang luar biasa setelah bertemu dengan Prabowo pada momentum Pilpres 2019 lalu. Karena, seandainya ia hanya diam saja dan terus berceramah, maka disertasinya di Sudan mungkin tidak akan selesai.
“Tapi begitu bertemu tangga 11 Maret, 12 Maret saya menghilang, nomor saya diretas, kemudian twiter saya diretas. Lalu saya dibuli, dihabisi. Di situlah saya fokus menulis. Karena saya tidak buka handphone sama sekali,” ungkapnya.
Setelah fokus menulis, disertasinya pun akhirnya selesai. Kemudian, pada Juli 2019 UAS berangkat ke Sudan sampai akhirnya ia menjalani sidang disertasinya pada 24 Desember 2019. “Dan di situ saya melihat ada rencana Allah yang luar biasa. Saya hanya berpikir baik, berusaha berbuat baik. Allah kasih baik, saya syukur. Allah kasih kurang baik menurut pandangan saya saya bersabar, saya serahkan kepada Allah,” jelasnya.
“Tapi ada hikmah, pembelajaran terhadap diri saya. Orang menang mungkin banyak kawan, orang kalah punya teman sejati,” tutup UAS.