REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro meminta masyarakat agar mewaspadai kasus demam berdarah yang terjadi menjelang puncak pertengahan tahun saat ini. Ia menyebut, kasus DBD terus meningkat di Indonesia.
Penyakit ini, kata dia, semakin berbahaya terutama pada saat terjadi pandemi Covid-19. Reisa mengatakan, penyakit endemis ini merupakan salah satu tantangan terberat di Indonesia.
“Penyakit endemis ini situasinya semakin berbahaya terutama pada saat pandemi Covid yang sedang melanda seluruh dunia yang masih berlangsung,” ujar Reisa saat konferensi pers, Jumat (3/7).
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan, kasus DBD di Indonesia dari minggu pertama hingga minggu ke-27 pada tahun ini mencapai lebih dari 70 ribu kasus yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah kematian DBD pun hampir mencapai 500 orang. “Penambahan kasus baru dan kematian terus bertambah,” tambah dia.
Apalagi, lanjutnya, banyak kasus DBD ditemukan di wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi pula. Seperti daerah Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan juga Sulawesi Selatan.
“Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi Covid-19 juga berisiko terinfeksi DBD,” ucap Reisa.
Karena itu, Reisa mengingatkan agar masyarakat tetap rajin menjaga kebersihan lingkungan terutama kebersihan rumah, seperti dengan membersihkan saluran air dan tempat penyimpanan air.
Reisa menyampaikan, gejala demam berdarah yang paling umum yakni demam tinggi hingga 40 derajat celcius disertai tubuh yang menggigil dan berkeringat. Selain itu, orang yang menderita DBD juga akan merasakan gejala lainnya seperti sakit kepala, nyeri tulang, nyeri otot, mual, muncul bintik di kulit, hingga pendarahan pada hidung dan gusi.
“Hingga saat ini belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya untuk mengurangi gejalanya,” jelas Reisa.