REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Kepala Bidang Bina SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Selatan (Kalsel), Samsuri mengatakan, kekacauan yang terjadi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) online di sekolah menengah kejuruan (SMK) akibat tidak sinkronnya antara aplikasi dan sistem sekolah.
Samsuri menuturkan, pada hari pertama pelaksanaan PPDB banyak pengaduan dari para pendaftar, karena data siswa yang telah mendaftar terhapus. Hal itu terjadi, karena kejuruan yang ditampilkan dalam aplikasi tidak sama dengan sistem pendidikan yang ada di Kalsel.
Seperti kejuruan teknik sepeda motor, ada di dalam aplikasi, tetapi kenyataannya di Kalsel tidak ada sekolah yang membuka jurusan tersebut. Sehingga proses pendaftaran tidak mungkin dilanjutkan. "Kalau dilanjutkan, siswa sudah telanjur mendaftar dan diterima, ternyata tidak ada gurunya bagaimana," katanya pada jumpa pers secara virtual pada Kamis (2/7) siang.
Sehingga, menurut Samsuri, mau tidak mau pendaftaran dihentikan dan dihapus, dan secara otomatis, aplikasi te-restart kembali. Akibatnya, data siswa yang sudah mendaftar ikut terhapus. Namun demikian, tambah Samsuri pada pelaksanaan PPDB kedua, seluruh kekacauan tersebut sudah bisa teratasi dan pelaksanaan PPDB berjalan dengan baik.
Sebagaimana diketahui, pelaksanaan PPDB SMK dilaksanakan selama tiga hari, yaitu pada 29 hingga 1 Juli 2020. Pada PPDB kali ini, sebanyak 55 persen jatah untuk jalur afirmasi, 40 persen jalur reguler dan perpindahan 5 persen.
Pelaksanaan PPDB selain dilaksanakan secara daring, namun sejumlah sekolah masih ada yang menyediakan pelayanan pendaftaran langsung dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 bagi calon siswa yang mengalami kesulitan mendaftar secara daring.