REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Salah satu perusahaan asal Thailand yang bergerak di sektor wisata bahari berencana berinvestasi Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengusaha itu hendak menggarap potensi wisatawan selam di sana.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, Vidi Eka Kusuma mengatakan, pengusaha itu rencananya akan mendatangkan kapal 350 gross tonnage (GT) dari Thailand pada 19 Juli 2020. Namun, kapal itu akan singgah dulu di Surabaya, Jawa Timur, sebelum ke Gili Trawangan.
"Kami juga akan bertemu dalam waktu dekat ini dengan pengusaha tersebut untuk membahas berbagai perizinan. Karena ini menyangkut Gili Trawangan sebagai kawasan konservasi juga," kata Vidi, Kamis (2/7).
Ia mengatakan kapal tersebut rencananya akan menjadi alat untuk mengangkut wisatawan yang ingin menjelajah laut Gili Trawangan. Kemudian berlanjut ke perairan laut di Pulau Komodo NTT, Maluku, dan Raja Ampat, Papua. Setelah itu, kembali lagi ke Gili Trawangan.
Sasaran pasar yang akan digarap oleh pengusaha dari Negeri Gajah Putih tersebut adalah wisatawan kelas menengah atas yang hobi menjelajah laut. Hal itu tentu akan memberikan dampak terhadap kunjungan wisatawan ke Gili Trawangan, setelah diterapkannya normal baru di sektor pariwisata.
Menurut Vidi, adanya perusahaan asing yang membuka usaha jasa wisata penyelaman dan menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah. Selain itu, bisnis tersebut bisa membuka lapangan pekerjaan bagi warga lokal.
"Selama ini pemandu selam di daerah agar kurang. Kami berharap adanya kapal dari Thailand tersebut bisa membuka lapangan pekerjaan," ujar Vidi.
Sebagai langkah awal, kata dia, Disbudpar Pemkab Lombok Utara sudah memberikan pelatihan kepada 40 penyelam lokal. Mereka yang sudah dilatih mendapatkan sertifikat open water, dive fun dan sertifikat penyelamatan (rescue).
Pelatihan yang digelar selama lima hari tersebut dipandu langsung oleh Pendamping Penyelam Profesional Lombok-Sumbawa (P3LS). Pelatihan tersebut dalam rangka memberdayakan masyarakat lokal, khususnya para pemuda yang sudah memiliki pengetahuan di bidang menyelam, tapi belum bersertifikat.