Kamis 02 Jul 2020 18:47 WIB

Bersepeda Saat New Normal, Gaya atau demi Cegah Covid-19?

Sepeda dipilih sebagai transportasi aman ketimbang angkutan umum.

Bersepeda Saat New Normal, Gaya atau demi Cegah Covid-19?. Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan MH Thamrin, Jakarta.
Foto:

Produsen sepeda kini menghadirkan beragam jenis produk mulai dari sepeda biasa, lipat hingga elektrik dengan harga beragam bahkan mencapai Rp 34 juta seperti merek Brompton yang sempat menjadi sorotan dalam kasus penyelundupan di pesawat Garuda Indonesia. Orang-orang semakin banyak tahu harga sepeda bisa mencapai puluhan juta sehingga meningkatkan risiko tindak kejahatan menargetkan sepeda harga premium.

Kondisi ini juga bisa menjadi alasan pengguna sepeda terutama yang memiliki sepeda premium memilih beraktivitas secara berkelompok atau ikut komunitas sepeda. Tetapi saat pandemi Covid-19 terjadi, mereka beralih menjadi pesepeda mandiri, atau bersepeda hanya dengan anggota keluarga.

"(Sekarang, saat pandemi) orang mikir-mikir antara kalau ramai-ramai ngeri tapi kita enggak tahu siapa yang carrier, asimtomatik hingga di awal sakit. Pada akhirnya orang akan berpikir ulang lagi mengenai bareng komunitas atau teman," ujar Ajeng.

Sebagian orang menilai bersepeda menjadi pilihan berolahraga di tengah pandemi Covid-19 dan masa normal baru karena bisa menjaga jarak fisik dan sosial dengan orang lain sembari menjaga kesehatan dan kebugaran fisik. "Mungkin bisa satu keluarga barengan. Tapi kayaknya kalau bersepeda dengan komunitas agak lebih sedikit, karena menghindari risiko kesehatan yang bisa terjadi," kata Ajeng.

Bersepeda sendirian juga dipilih Andhika karena lebih nyaman. Namun, saat bertemu pesepeda lain dia mengatakan biasanya akan saling menyapa.

Sementara itu, para ahli mengatakan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19 membuat orang-orang mulai bersepeda - terutama keluarga yang berusaha menghibur anak-anak yang gelisah. "Anda bergerak lebih cepat, Anda melangkah lebih jauh, tetapi Anda tidak bergerak begitu cepat sehingga Anda tidak dapat melihat hal-hal kecil," kata Ken McLeod, direktur kebijakan di The League of American Bicyclists seperti dilansir The Guardian.

photo
Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (30/6/2020). Untuk menyikapi maraknya penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi oleh masyarakat, Kementerian Perhubungan menyiapkan regulasi terkait keselamatan pesepeda yang meliputi pemantul cahaya bagi pesepeda, jalur sepeda, serta penggunaan alat keselamatan. - (ANTARA/NOVA WAHYUDI)

Tips bersepeda aman

Kementerian Kesehatan sudah menekankan masyarakat mengenakan masker saat berada di luar rumah. Pakar kesehatan juga menyarankan penggunaan masker termasuk saat berolahraga namun mempertimbangkan juga jenis olahraga yang dilakukan dan jenis masker.

Masker yang disarankan masker kain dengan bahan yang tidak menyulitkan saat Anda bernapas, semisal katun. Masker pun diusahakan tidak terlalu ketat pada wajah.

Di sisi lain, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito A. Damay mengingatkan orang yang melakukan olahraga termasuk bersepeda harus memperhatikan kondisi tubuhnya. "Orang naik sepeda mungkin tidak sadar punya penyakit jantung, aneurisma. Naik sepeda hal yang baik, namun harus memperhatikan kondisi tubuh," kata dia.

Vito menyarankan Anda melakukan pemeriksaan medis menyeluruh (MCU) untuk mendeteksi penyakit yang mungkin tersembunyi sehingga bisa ditangani dini dan Anda bisa berolahraga secara aman. "Kalau dideteksi dari awal, Anda bisa tahu jika ada sesuatu yang bisa diperbaiki sehingga saat olahraga bisa dilakukan aman," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement