REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Jawa Tengah memetakan sedikitnya ada tiga klaster penularan paling menonjol, hingga pekan ke-26 pandemi Covid-19. Ketiga klaster menonjol tersebut meliputi klaster aparatur sipil negara (ASN), PLTU serta pasar tradisional.
Sedangkan daerah dengan risiko tinggi terhadap penularan Covid-19 dan kini masih dipantau terus menerus oleh jajaran gugus tugas meliputi Kota Semarang, Kabupaten Demak serta Kabupaten Jepara.
Hal ini terungkap dari paparan penanganan pandemi Covid-19, yang disampaikan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), di sela kunjungan kerja Presiden di Kota Semarang, di gedung Gradhika Bhakti Praja, Selasa (30/6).
Menurut Ganjar, berdasarkan peta epidemiologi Covid-19 di Jawa Tengah terpantau, sejumlah daerah yang sebelumnya berwarna merah, kini telah mulai beranjak ke warna oranye dan bahkan juga ada yang berwarna kuning.
Adapun, daerah di Provinsi Jawa Tengah yang saat ini masuk dalam zona risiko tinggi terkonsentrasi di tiga wilayah, yang meliputi Kota Semarang, Kabupaten Demak dan Kabupaten Jepara. Meski demikian, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah juga tidak bisa melepaskan dari area Semarang Raya. Seperti Kota Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang serta Kota Salatiga.
“Sekarang kita lagi membantu kawan- kawan bupati dan wali kota yang bersangkutan. Karena mereka ‘pasukan’ di depan yang kita minta untuk mengamankan daerahnya masing- masing,” jelasnya.
Terkait dengan analisis dari pasien yang positif terinfeksi di daerahnya, masih kata gubernur, ada penambahan kasus yang cukup signifikan dan terjadi di pekan ke-26, yang akumulasinya mencapai 922 kasus. Hal ini terjadi karena peningkatan skala pemeriksaan PCR yang dilakukan melampaui target PCR massal guna mengidentifikasi persebaran orang tanpa gejala, seperti di wilayah Kota Semarang.
Dari upaya ini pun terungkap klaster yang paling menonjol ada dari ASN, pegawai PLTU dan pasar tradisional. “Ini yang sekarang langsung kita isolasi semuanya. Ada pegawai PLTU, pasar tradisional di Kota Semarang,” tambahnya.
Berikutnya, tambah Ganjar, juga ada panti lansia dan polres yang ada di Rembang yang saat ini sudah dilakukan koordinasi dengan Polda Jawa Tengah untuk kita lakukan isolasi. Termasuk ada tenaga kesehatan (nakes) dan pegawai PLTU yang ada di Jepara.
“Pemprov Jawa Tengah sampai saat ini juga masih terus melakukan komunikasi dan tes kepada mereka yang berasal dari klaster Gowa dan klaster Temboro,” lanjutnya.
Sedangkan dari hasil analisis atas banyaknya pasien Covid-19 yang tak tertolong jiwanya, gubernur mengaku rata- rata pasien memiliki riwayat penyakit penyerta, seperti hipertensi, diabetes, ginjal kronis, gagal jantung, jantung koroner, asma, stroke dan lainnya.
Sampai dengan 29 Juni 2020, total sudah ada 2.366 spsimen yang diuji. Saat ini trennya juga disebutkan telah menunjukkan grafik menurun.
Terkait kesiapan laboratorium, Pemprov Jawa Tengah telah mendesak agar bisa menyelesaikan dalam waktu dua hari. Maka dukungan pegawai tambahan pun juga telah dipersiapkan.
“Kita sudah siap untuk menambahi bapak Presiden. Bahkan per besok pagi, kita telah selesai melatih untuk rekrutmen para petugas laboratorium untuk membantu laboratorium- laboratorium uji PCR yang ada di Jawa Tengah,” tandas Ganjar.
Sementara itu, dalam hal gambaran perkembangan angka reproduksi Covid-19 di 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah, per 26 Juni 2020, disebutkan Ganjar masih menunjukkan hal yang dinamis.
Dalam dua pekan terakhir, ada 11 kabupaten dan kota dengan angka Rt di atas 1. Menurutnya, hal tersebut sangat bergantung daerah dalam melaksanakan contact tracing serta pemeriksaan PCR.
Dia berharap bantuan mobil dari Gugus Tugas pusat akan bisa dimanfaatkan ke titik- titik kabupaten/ kota agar bisa mendukung penanganan yang lebih cepat. Di sisi lain, Jawa Tengah juga terus berupaya menyediakan rumah sakit, dan tempat isolasi yang memadai.
Langkah penanganan selanjutnya, adalah membentuk korwil di enam eks keresidenan di Jawa Tengah. Tujuannya antara lain mendorong penemuan kasus di kabupaten dan kota dengan metode contact tracing, screening, swab, dan pengiriman spesimen secara masif.
“Pembentukan korwil di enam eks keresidenan tersebut juga untuk mendorong tata kelola laboratorium terkait penerimaan spesimen, pemeriksaan dan penyampaian hasil,” tambah gubernur.
Sementara berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah menunjukkan, data real time sampai saat ini terungkap jumlah ODP sebanyak 50.588 kasus. Rinciannya dalam pemantauan sebanyak 3.922 dan selesai pemantauan 46.666.
Jumlah PDP mencapai 8.683 kasus, pasien dirawat masih 955, pasien sembuh 6.536, dengan pasien meninggal 1.192. Sedangkan positif sebanyak 3.996 kasus, pasien dirawat 1.818 dan pasien sembuh1.856 serta pasien meninggal 322 orang.