REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah toko sepeda di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, mulai kehabisan stok barang karena terjadi lonjakan pembeli sejak awal Juni 2020. Permintaan terbanyak adalah jenis sepeda lipat.
"Sejak habis Lebaran (24 Mei) mulai banyak yang belanja. Sekarang stok barang sudah kosong," kata Husen, pemilik Toko Sepeda Bintang Baru Harapan di Jatinegara, pada Selasa (30/6).
Omzet Husen pun turut melonjak hingga empat kali lipat sejak usai Lebaran. Omzetnya sebelum lebaran sekitar Rp 20 juta per pekan.
Sebelum Lebaran, kata Husen, jumlah penjualannya sekitar 20 unit sepeda per pekan. Sejak usai Lebaran, penjualan melonjak hingga 50 unit sepeda per pekan. "Sekitar 80 persennya nyari sepeda lipat," kata Husen di depan tokonya.
Tingginya permintaan itu, kata dia, juga membuat harga jual naik. Sepeda yang biasanya dibanderol Rp 1,5 juta, kini naik jadi Rp 3 juta. "Kita belinya juga naik," ucapnya.
Menurut dia, lonjakan permintaan terjadi karena bersepeda sedang menjadi tren. Musababnya, kata dia, karena terbatasnya ruang untuk melaksanakan jenis olahraga lain akibat adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Tapi, saat permintaan sedang tinggi-tingginya, Husen malah terpaksa gigit jari. Ia kehabisan stok barang dan juga kesulitan untuk mendapatkan barang baru dari pabrik ataupun penyalur karena adanya persaingan antar toko.
"Itu sekarang cuma sisa lima unit sepeda. Barang entah kapan masuk lagi. Bisa tutup saya ini. Sekarang cuma ngandalin servis sepeda saja," ujarnya.
Hal serupa terjadi pada Toko Sepeda BBH yang juga berlokasi di Jatinegara. Manhu, pemilik toko, mengaku stok barangnya kini sudah ludes.
"Sejak selesai lebaran sudah meningkat penjualan dan langsung habis beberapa hari kemudian," kata Manhu di depan tokonya.
Peningkatan itu tampak dari jumlah penjualan Manhu per pekan antara sebelum dan sesudah Lebaran. Dari hanya 3 unit per pekan, melonjak jadi 15 unit sepeda per pekan. "Permintaan paling banyak itu ya sepeda lipat dan sepeda gunung," ucapnya.
Manhu pun kini terpaksa hanya menjual sisa-sisa barang yang didominasi jenis sepeda anak-anak. "Entah kapan barang masuk lagi," keluhnya.