REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melatih petugas medis di puskesmas untuk bisa mengambil sampel guna kebutuhan uji usap (swab). Hal itu agar penegakan diagnosa infeksi virus corona bisa dilakukan di lebih banyak fasilitas layanan kesehatan.
“Dari setiap puskesmas, ada dua tenaga medis yang dilatih untuk mengambil sampel uji swab,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Tri Mardaya di Yogyakarta, Senin (29/6).
Saat ini, pengambilan sampel untuk uji swab di fasilitas layanan kesehatan milik Pemerintah Kota Yogyakarta baru bisa dilayani di Rumah Sakit Jogja dan di Rumah Sakit Pratama.
“Jika puskesmas dapat melayani pengambilan sampel uji swab, tentunya pengambilan sampel untuk uji swab bisa dilakukan di lebih banyak tempat. Akan mempercepat,” katanya.
Selain itu, kata dia, jika suatu saat terjadi temuan kasus atau klaster penularan baru, maka pengambilan sampel swab bisa dilakukan lebih cepat sehingga penanganan untuk mencegah agar infeksi tidak meluas bisa dilakukan dengan lebih baik.
“Untuk rapid test tidak akan ditinggalkan. Kami akan gunakan kedua jenis pengujian itu karena tujuannya memang berbeda-beda,” katanya.
Rapid test, kata Tri, lebih banyak digunakan untuk kebutuhan “screening” dan tracing potensi persebaran kasus positif Covid-19 di masyarkat.
“Sedangkan untuk uji swab lebih ditujukan guna penegakan diagnosa apakah pasien tersebut terinfeksi virus corona atau tidak,” katanya yang saat ini bisa dilayani di empat laboratorium.
Sebelumnya, Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi berencana menggelar uji swab massal usai menyelesaikan seluruh tes acak cepat. “Saat ini, kami sedang melatih tenaga medis untuk melakukan proses PCR,” katanya.
Hingga akhir pekan lalu, total rapid test yang sudah dilakukan untuk kebutuhan tracing dan screening tercatat sebanyak 2.430 rapid test dengan 65 di antaranya reaktif. Sedangkan, rapid test yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat di laboratorium dan rumah sakit tercatat sebanyak 2.818 kali dengan enam di antaranya reaktif.
Hingga Senin (29/6) pukul 16.00 WIB, total pasien positif Covid-19 di Kota Yogyakarta yang masih menjalani perawatan sebanyak lima orang, 31 sembuh dan satu meninggal dunia, dan tersisa tiga pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih menjalani perawatan di rumah sakit. Jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Yogyakarta tersebut berkurang 50 persen dibanding kasus pada awal pekan lalu sebanyak 10 pasien.
“Di Kota Yogyakarta, kami memang tidak membagi kelurahan atau kecamatan dalam zona warna tertentu. Hal ini dilakukan karena interaksi masyarakat di Yogyakarta sangat tinggi dalam wilayah yang tidak terlalu luas,” katanya.
Meski demikian, Heroe mengatakan, protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19 tetap diberlakukan dengan ketat karena Kota Yogyakarta dinilai belum aman. “Sebagian besar kasus positif muncul karena pasien memiliki riwayat bepergian dari luar daerah. Ini yang perlu diwaspadai,” katanya.