REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Politika Research and Consulting Dudi Iskandar memprediksi, potensi praktik kecurangan berupa politik uang akan mengalami peningkatan pada pilkada 2020 mendatang. Menurutnya, hal tersebut logis lantaran sebagaian besar masyarakat saat ini sedang terkena dampak Covid-19.
"Kita hari ini krisis, ekonomi kita lagi di bawah. Orang butuh uang, masalah pilihan kan lain masalah, tapi yang penting terima uangnya dulu," kata Dudi dalam diskusi daring, Ahad (28/6).
Dia menganalisis, pola praktik politik uang yang akan dilakukan oleh kandidat kepala daerah nantinya berbeda-beda. Jika dulu dilakukan serangan fajar, di akhir-akhir menjelang pencoblosan, saat ini menurutnya tidak menutup kemungkinan serangan dilakukan lebih dekat menjelang pemilih melakukan pencoblosan.
"Polanya bentuknya banyak, bisa jadi mungkin serangan fajar, menjelang detik-detik terakhir itu kan biasa serangan fajar, atau serangan duha, kalau fajar terlalu pagi," ujarnya.
Selain itu ia juga menilai bahwa bentuk politik uang saat ini tidak hanya berupa uang tunai. Ia melihat politik uang akan lebih banyak terjadi dengan cara-cara membagi-bagikan pulsa ke beberapa grup whatsapp calon pemilih.
"Jadi kreatifitas dan inovasi dalam politik uang bukan dalam arti uang dalam pengertain tunai, tapi dalam bentuk yang lain," ungkapnya.