REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selain berdampak pada sektor kesehatan, pa‹andemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020, diperkirakan berkontribusi pada peningkatan angka kemiskinan di Kota Yogyakarta tahun 2020. "Kami harus melakukan review ulang terhadap target kinerja di tahun ini akibat pandemi. Untuk kemiskinan diperkirakan naik hampir tujuh persen dibanding tahun lalu," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta, Agus Tri Haryono di Kota Yogyakarta, Ahad (28/6).
Dia menjelaskan, Bappeda Kota Yogyakarta menyusun tiga skenario asumsi kondisi pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, yakni asumsi pesimistis, moderat, dan optimistis. "Dari ketiga asumsi itu, yang kemudian digunakan adalah asumsi pesimis. Artinya, kondisi terburuk yang mungkin terjadi di Yogyakarta hingga akhir tahun karena kami pun belum mengetahui sampai kapan pandemi ini akan terjadi. Dengan demikian, bisa disiapkan upaya maksimal untuk mengantisipasinya," kata Agus.
Angka kemiskinan di Yogyakarta pada 2020 berdasarkan asumsi pesimistis ditetapkan 13,97 persen, berdasarkan asumsi moderat 12,4 persen, dan berdasarkan asumsi optimistis 10,6 persen. Terakhir angka kemiskinan di Kota Yogyakarta mencapai lebih dari 10 persen sekitar 10 tahun lalu.
"Yogyakarta sangat mengandalkan sektor jasa pariwisata. Padahal, banyak pekerja di sektor ini yang harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Kondisi inilah yang menyebabkan angka kemiskinan mengalami kenaikan," kata Agus.
Berdasarkan asumsi pesimistis, ia melanjutkan, angka pengangguran di Kota Yogyakarta pada tahun ini, mengalami kenaikan menjadi 10,46 persen dari 4,8 persen pada tahun sebelumnya. "Sekali lagi, itu adalah asumsi pesimis. Untuk asumsi moderat ditetapkan 8,78 persen dan optimis 7,65 persen,” katanya.
Kondisi tersebut, menurut Agus, akan mempengaruhi banyak aspek termasuk pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa minus 2,2 persen sesuai asumsi pesimistis, 0,35 persen berdasar asumsi moderat, dan 2,07 persen berdasar asumsi optimistis. "Dimungkinkan indeks kesenjangan masyarakat pun mengalami kenaikan dari 0,418 pada tahun lalu menjadi 0,592 untuk kondisi pesimis, moderat 0,538 dan optimis 0,501,"katanya.
Meskipun demikian, Agus mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta akan melakukan upaya maksimal agar kondisi berdasarkan asumsi pesimistis tidak sampai terjadi. "Dalam dua tahun ke depan, kami akan berusaha memaksimalkan segala potensi supaya angka kemiskinan bisa dikurangi dengan cukup signifikan," katanya.
Pemkot Yogyakarta menargetkan pada 2021 angka kemiskinan bisa menjadi 10,17 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Yogyakarta.