Jumat 26 Jun 2020 18:54 WIB

Peternak Ayam Petelur di Kalsel Mulai Bangkit

Selama kondisi merugi, peternak hanya bisa bersabar dan pasrah.

Ternak ayam petelur. Illustrasi. Peternak ayam petelur di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan di tengah pandemi COVID-19.
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ANTARA
Ternak ayam petelur. Illustrasi. Peternak ayam petelur di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak ayam petelur di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan di tengah pandemi COVID-19.

"Alhamdulillah, beberapa hari ini harga telur mulai merangkak hingga menembus angka Rp23.000 per kilogram," kata peternak ayam petelur, Rahman di Banjar, Jumat.

Rahman menjelaskan usahanya sempat merugi karena harga jual telur anjlok, hingga berada di bawahharga produksi, atau sekitar Rp17.000 per kilogram.

"Biaya produksi kisaran Rp19.000-Rp20.000 per kilogram. Jadi kalau telur dijual Rp17.000, lalu berapa kerugiannya," terangnya.

Selama kondisi merugi, peternak hanya bisa bersabar dan pasrah tidak bisa berbuat banyak agar usahanya tetap bisa beroperasi.

Menurut dia, apabila efisiensi dilakukan untuk pakan, dikhawatirkan akan berakibat pada turunnya produksi telur, terutama ternak ayam yang sudah berumur dua tahun.

Padahal biaya pembelian pakan yang tetap tinggi, tidak sebanding denganhasil penjualan telur yang turun drastis.

Untuk meringankan beban biaya produksi atau biaya pakan, maka peternak hanya bisa melakukan apkir terhadap ayam yang sudah tidak berproduksi atau produksinya berkurang, untuk dijual sebagai ayam pedaging.

Selain itu, peternak juga merangsum pakan sendiri dan tidak membeli pakan jadi karena harganya relatif tinggi.

Selama ini, bahan baku pakan dibeli langsung dari pengusaha, seperti tepung ikan, bungkil sawit dan yang lainnya.

"Dalam kondisi normal kandang kami diisi 10.000 ekor ayam, tetapi saat ini kandang ini hanya diisi sekitar 3.000 ekor," ujarnya.

Ia mengharapkan harga telur tidak lagi turun seperti yang baru saja terjadi, untuk itu perlu dukungan dari semua pihak untuk mencari solusinya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar belum berhasil dikonfirmasi, terkait masalah tersebut.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement