REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak 30 kepala keluarga (KK) atau 94 jiwa warga Kampung Mekarsari, Desa Cikubang, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya, mengungsi akibat rumah mereka terdampak bencana tanah longsor yang terjadi pada Jumat (19/6). Puluhan warga itu mengungsi di tenda darurat, mushala, dan rumah warga lain, yang dianggap aman.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, para pengungsi itu membuat dapur umum di tenda darurat, yang juga menjadi tempat tidur sebagian pengungsi. Setiap hari, mereka makan di sekitar tempat itu, mengandalkan bantuan logistik yang diberikan dari berbagai kalangan.
Kendati berada di lokasi pengungsian, puluhan warga itu tetap berusaha menerapkan protokol kesehatan. Sebab, mereka tak mau terpapar Covid-19 di lokasi pengungsian. "Kita tetap usaha pakai masker. Enggak maulah ketularan corona," kata Dedeh (50 tahun), salah seorang warga yang mengungsi, Jumat (26/6).
Kendati demikian, urusan jaga jarak (//physical distancing) sulit diterapkan di lokasi pengungsian. Mereka tetap saja berdesak-desakan satu dengan yang lainnya.
Ketika Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum meninjau lokasi kejadian, warga yang berdesak-desakan menyambut kedatangannya. Meski memakai masker, tapi jaga jarak tak dihiraukan.
Kepala Bidang Perlindungan Jaminan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin, Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Tasikmalaya, Rahmat ZM mengatakan, pihaknya tetap mengupayakan protokol kesehatan tetap diterapkan meski di lokasi pengungsian. Pihaknya juga telah memberikan masker kepada warga yang mengungsi. Namun, untuk masalah jaga jarak, warga sulit untuk diatur.
"Protokol kesehatan susah diterapkan karena kondisi seperti ini. Polisi dan TNI juga pasti kesulitan mengaturnya," kata dia.
Kendati demikian, pihaknya berupaya untuk menerapkan protokol kesehatan dengan maksimal. Ia berharap, tak ada kejadian terkait Covid-19 di lokasi pengungsian.