Kamis 25 Jun 2020 18:19 WIB

Ironi Jatim: Kasus Covid Tinggi Vs Kepatuhan Protokol Rendah

Kepatuhan masyarakat Jatim dalam menerapkan protokol kesehatan dinilai rendah.

Presiden Joko Widodo berada di dalam mobil kepresidenan melambaikan tangan ketika meninggalkan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). Kunjungan kerja tersebut dalam rangka meninjau posko penanganan dan penanggulangan pandemi COVID-19 di Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nz
Foto: Antara/Zabur Karuru
Presiden Joko Widodo berada di dalam mobil kepresidenan melambaikan tangan ketika meninggalkan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). Kunjungan kerja tersebut dalam rangka meninjau posko penanganan dan penanggulangan pandemi COVID-19 di Jawa Timur. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/nz

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Dadang Kurnia, Antara

Baca Juga

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan arahan dan instruksinya dalam mengendalikan kasus Covid-19 di Jawa Timur (Jatim). Saat memberikan arahannya di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (25/6), Jokowi menyinggung rendahnya kesadaran masyarakat di Jatim menerapkan protokol kesehatan.

Berdasarkan informasi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang diterima Jokowi, sebanyak 70 persen masyarakat Jatim tak memakai masker saat beraktivitas. Presiden meminta agar Pemprov Jatim turut melibatkan tokoh agama dan juga masyarakat untuk mensosialisasikan pentingnya menjalankan protokol kesehatan.

“Oleh sebab itu, saya minta hari ini saya minta gugus nasional, Pak Menkes kirim masker sebanyak-banyaknya ke Surabaya ke Jawa Timur,” kata Jokowi, Kamis (25/6).

Jokowi juga menekankan agar pemerintah setempat menguatkan sinergi dan kerja sama antardaerah di sekitar Surabaya.  Daerah-daerah yang berbatasan dengan Surabaya pun harus saling bekerja sama agar pengendalian Covid-19 lebih efektif.

Enggak bisa Surabaya sendiri enggak bisa. Gresik harus dalam satu manajemen, Sidoarjo harus dalam satu manajemen, dan kota kabupaten yang lain karena arus mobilitas itu yang keluar masuk adalah dari bukan hanya Surabaya tapi daerah juga ikut berpengaruh terhadap naik dan turunnya angka-angka Covid ini,” kata Jokowi.

Jokowi pun kemudian menginstruksikan agar terus meningkatkan tes pelacakan secara agresif dan masif, serta mengisolasi dan merawat secara ketat warga yang positif Covid-19. Ia juga mengingatkan pentingnya tahapan prakondisi sebelum kebijakan new normal atau adaptasi kebiasaan baru dijalankan.

“Ada prakondisi untuk menuju ke sana, jangan tahu-tahu langsung dibuka tanpa sebuah prakondisi yang baik,” tambah dia.

Jokowi menegaskan, akan terus memantau dan mengikuti perkembangan Covid-19 di Jawa Timur. Ia berharap, kasus Covid-19 di Jawa Timur menurun signifikan dalam dua pekan ke depan.

Jatim memang telah menjadi epinsentrum baru penularan Covid-19 di Tanah Air. Bahkan, jumlah kematian akibat Covid-19 di Jatim, yakni 750 kematian, telah melewati angka DKI Jakarta sebanyak 602 kematian. Untuk total kasus, Jatim dengan total 10.298 kasus tinggal sedikit lagi melampaui Jakarta yang total memiliki 10.404 kasus.

photo
Total kasus Covid-19 pada 24 Juni 2020 - (Infografis Republika.co.id)

Di hadapan Jokowi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkap rendahnya kesadaran masyarakat Surabaya Raya dalam menerapkan protokol kesehatan. Kepada Jokowi, Khofifah memaparkan hasil survei Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair).

Hasil survei menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya di tempat ibadah masih rendah. Di mana, 70 persen di antaranya masih enggan mengenakan masker, dan tidak menjaga jarak sebesar 84 persen.

"Kemudian di pasar tradisional, masyarakat yang tidak menggunakan masker 84 persen. Tidak physical distancing 89 persen. Ada juga di tempat tongkrongan, 88 persen tidak bermasker, 89 persen tidak jaga jarak. Ini hasil dari IKA FKM Unair," ujar Khofifah.

Khofifah mengatakan, rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat Surabaya Raya ini membuat pihaknya kesulitan mengendalikan penyebaran Covid-19. Di mana rate of transmission (Rt) atau tingkat penularan di kawasan Surabaya Raya sempat berada di bawah angka 1, kembali naik setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berakhir.

"Kami sempat mendapatkan kebahagiaan ketika tanggal 9 Juni (satu hari setelah PSBB Surabaya Raya berakhir) sebetulnya rate of transmission di Jawa Timur sudah 0,86 persen, tapi kemudian ada kenaikan kembali pada tanggal 24 kemarin menjadi 1,08 persen," ujar Khofifah.

Khofifah melanjutkan, Rt di Kota Surabaya juga sempat berada di bawah 1, meskipun hanya bertahan enam hari. Kemudian di Sidoarjo, angka Rt di bawah satu hanya bertahan delapan hari, dan di Gresik bertahan enam hari. Angka Rt di bawah satu, tidak bisa dipertahankan sampai 14 hari sesuai standar WHO dan Bappenas, yang artinya belum bisa menerapkan tatanan normal baru atau new normal.

In Picture: Santri-santri di Jawa Timur mulai Kembali ke Pesantren

photo
Sejumlah santri turun dari KMP Dharma Bahari Sumekar 1 di Pelabuhan Jangkar, Situbondo, Jawa Timur, Rabu (24/6/2020). Sebanyak 250 santri penumpang kapal dari Pulau Kangean, Sumenep itu mulai kembali ke pesantren di Situbondo untuk beraktivitas di masa normal baru. ANTARA FOTO/Seno/aww. - (SENO/ANTARA FOTO)

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy didampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meninjau penerapan protokol penanganan Covid-19 di Pasar tradisional Genteng Baru dan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/6). Menurut Muhadjir, kepatuhan masyarakat menjadi kunci kasus Covid-19 di Kota Pahlawan itu bisa terkendali.

Muhadjir mengecek ketersediaan perlengkapan protokol Covid-19 di sana. Secara umum, Muhadjir menilai, protokol kesehatan di Pasar Genteng Baru sudah bagus. Hal tersebut ditandai dengan tersedianya tempat cuci tangan, serta adanya sekat pembatas antara penjual dengan pembeli. 

Namun, menurutnya, masih ada beberapa protokol kesehatan yang perlu ditingkatkan lagi. Salah satunya adalah jaga jarak antara penjual dan pembeli saat bertransaksi jual beli.

"Jadi jaga jarak baik antara pembeli dan penjual dan antara pembeli itu yang harus didisiplinkan. Tapi kalau protokol dasar seperti sanitizer, cuci tangan sebelum masuk pasar, kemudian pakai masker, kelihatannya sudah dipatuhi dan itu sudah bagus, tinggal meningkatkan yang lain," ujar Muhadjir.

Muhadjir meminta kepada Risma serta pihak pengelola pasar agar bisa bekerja sama dengan TNI dan Polri dalam pengetatan pengawasan khususnya di pasar tradisional yang rentan menjadi tempat penularan Covid-19. Muhadjir meminta protokol di pasar tradisonal bisa dipatuhi oleh pengelola pasar, para penjual, serta para pembeli.

"Kepatuhan masyarakat, adalah kunci utama agar angka penularan Covid-19 di Kota Surabaya segera turun," ujarnya.

photo

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement