REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dedy Darmawan Nasution
Heboh bakteri listeria pada pangan kembali terjadi di Tanah Air. Kali ini bakteri listeria ditemukan pada jamur enoki.
Akibatnya, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian memusnahkan 1.633 karton jamur enoki seberat 8,16 ton. Pemusnahan dilakukan karena produk tersebut terbukti mengandung bakteri listeria monocytogenes yang berbahaya bagi kesehatan.
"BKP memerintahkan kepada importir untuk melakukan penarikan dan pemusnahan produk jamur enoki dari Green Co Ltd. Korea Selatan," kata Kepala Badan Ketahnan Pangan Agung Hendriadi dalam pernyataan resminya, Kamis (25/6).
Ia mengatakan, hasil dari pengujian laboratorium menunjukkan sebanyak 5 lot jamur enoki tidak memenuhi persyarakat karena terdeteksi mengandung bakteri listeria monocytogenes dengan kisaran 1,0 x 104 hingga 7,2 x 104 colony per gram. Angka itu melewati ambang batas.
Bakteri listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri yang tersebar luas di lingkungan pertanian. Bakteri listeria ada di tanah, tanaman, silase, fekal, limbah, dan air.
Bakteri tersebut tahan terhadap suhu dingin sehingga mempunyai potensi kontaminasi silang terhadap pangan lain yang siap dikonsumsi dalam penyimpanan. Penyakit listeriosis yang disebabkan akibat bakteri tersebut memiliki konsekuensi sakit hingga meninggal dunia. Terutama bagi mereka yang masuk dalam golongan rentan seperti balita, lanjut usia, dan ibu hamil.
Di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat masyarakatnya mengonsumsi jamur enoki yang berasal dari Korea Selatan. Agung mengatakan, telah memerintahkan semua OKKP setiap daerah melakukan pengawasan jamur enoki asal Korea Selatan yang beredar melalui surat Kepala BKP kepada Kepala dinas yang menangani pangan tingkat provinsi seluruh Indonesia.
Pihaknya pun meminta Badan Karantina Pangan untuk melakukan peningkatan pengawasan keamanan pangan jamur enoki asal Korea Selatan sejak 18 Mei lalu. "Kita juga telah menyampaikan notifikasi kepada negara produsen agar dilakukan langkah korektif dan juga meminta importir jamur enoki di Indonesia agar mendaftarkan produknya ke OKKPP," katanya.
Di sisi lain, pemerintah mengimbau masyarakat agar lebih cermat dan berhati-hati dalam membeli produk pangan. Khususnya pangan segar asal tumbuhan. "Pilih pangan yang sudah terdaftar, yang ditandai dengan adanya nomor pendaftaran PSAT," kata dia.
Bagi para distributor, diminta untuk menerapkan praktik sanitasi higienis di seluruh tempat dan rantai produksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sekaligus, memisahkan jamur enoki yang diimpor dari Green Co Ltd dan mengembalikan kepada distributor untuk ditangani lebih lanjut.
Indonesia mulanya mendapatkan informasi dari jaringan otoritas keamanan pangan internasional di bawah FAO dan WHO terkait KLB di tiga negara tersebut akibat jamur enoki. Kementan lalu melakukan investigasi terkait proses pemasukan jamur enoki ke Indonesia. Importir yang memperoleh jamur enoki dari Korea Selatan telah memiliki nomor pendaftaran dari otoritas kompeten keamanan pangan pusat.
Pada 21 April hingga 26 mei 2020, telah dilakukan sampling oleh petugas dan importir diminta untuk tidak mengedarkan jamur hingga investigasi selesai. Perintah penarikan tersebut telah disampaikan melalui surat kepada Direktur PT Green Box Fresh Vegetables Nomor 259 Tahun 2020 tertanggal 18 Mei 2020. Pemusnahan dilakukan pada 22 Mei 2020 dan 19 Juni 2020 di Bekasi yang dihadiri oleh perwakilan pelaku usaha dan BKP.
Indonesia beberapa kali juga terancam bahan pangan tercemar listeria. Biasanya pangan tersebut berasal dari luar negeri atau impor.
Misalnya apel asal California di tahun 2015 serta rock melon Australia di tahun 2018. Untungnya saat itu pengawasan terjadi cepat sehingga tidak ada korban akibat listeria di Indonesia.
Penyakit akibat bakteri listeria atau listerioris bisa menyebabkan gejala yang berbeda-beda. Gejalanya bisa bergantung pada siapa pengidapnya.
Wanita hamil, dikutip dari laman CDC, umumnya mengalami gejala hanya demam atau tanda-tanda seperti flu biasa. Yaitu kelelahan dan lemas otot. Namun infeksi listeria saat hamil bisa menyebabkan keguguran, kecacatan janin, kelahiran prematur, hingga infeksi yang mengancam nyawa bayi baru lahir.
Mereka yang tidak hamil mengalami gejala sedikit berbeda. Gejalanya termasuk sakit kepala, leher kaku, kebingungan, kehilangan keseimbangan, hingga gangguan tambahan selain demam dan sakit di sekujur tubuh.
Gejala listeriosis biasanya dimulai pada pekan pertama sampai keempat setelah mengonsumsi makanan yang mengandung listeria. CDC menemukan laporan gejala baru muncul 70 hari setelah terpapar. Namun ada pula yang sudah langsung bergejala di hari yang sama saat makanan mengandung listeria dikonsumsi.
Listeria adalah bakteri yang bisa bersembunyi di banyak makanan. Meledaknya kasus listeria terjadi di tahun 90-an. Ketika itu listeria dikaitkan dengan daging olahan atau daging deli dan sosis.
Belakangan, listeria lebih sering ditemukan di produk turunan susu. CDC menemukan listeria yang terkait dengan keju yang tipe lembut atau soft cheese. Kemudian listeria ditemukan di pula di selederi, kecambah atau sprout, melon atau canteloupe, serta es krim.
Dikutip dari CNN, di Amerika kasus listeria pada jamur enoki telah menyebabkan setidaknya empat kematian. Hingga 10 Juni 2020, sudah terdapat 31 orang dirawat di rumah sakit, enam kasus di antaranya adalah enam ibu hamil yang mengakibatkan dua keguguran.
Sayuran bisa terpapar listeria umumnya karena faktor tanah tempat sayuran ditanam atau akibat pupuk dari kotoran hewan. Hewan bisa membawa bakteri tanpa kelihatan sakit.
Listeria juga kerap ditemukan di makanan mentah, seperti daging mentah, sayuran, juga makanan prosesan yang terkontaminasi setelah pemrosesan, misalnya keju atau daging deli seperti daging asap contohnya.
Susu yang tidak dipasteurisasi atau makanan dari susu yang tidak dipasteurisasi juga rentan listeria. Listeria bisa dibunuh lewat proses pasteurisasi dan pemasakan. Tapi dalam beberapa kasus makanan seperti sosis dan daging deli, kontaminasi bisa terjadi setelah pemasakan.