REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Besaran omzet PT Pegadaian (Persero) Cabang Cokronegaran, Solo, Jawa Tengah, meningkat saat pandemi Covid-19. Peningkatan tersebut seiring dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan dana segar.
"Pada masa pandemi untuk bulan Februari ke Maret omzetnya di kisaran Rp25,7 miliar," kata Kepala Kantor Cabang Pegadaian Cokronegaran Tri Bambang Sulistyo di Solo, Senin (22/6).
Pada bulan April, dikatakannya, terjadi kenaikan yang signifikan. Berdasarkan data, untuk gadai memberikan kontribusi penyaluran produk hingga Rp 45,4 miliar. Selanjutnya hingga akhir Mei omzetnya sebesar Rp 43,7 miliar.
"Melihat kondisi ini ada kesimpulan bahwa ketika pandemi memang terjadi lonjakan, khususnya untuk produk gadai," katanya.
Ia mengatakan melihat bulan-bulan sebelum pandemi, Pegadaian Cabang Cokronegaran membukukan omzet sekitar Rp25-30 miliar. "Sejauh ini kontribusi produk yang paling besar yaitu gadai barang jaminan, yaitu sebesar 85 persen. Sedangkan untuk barang yang paling banyak dijaminkan adalah emas," katanya.
Dari sisi jumlah nasabah yang datang, untuk kenaikannya juga terlihat meski tidak begitu signifikan. Pegadaian mencatat, di bulan Maret rata-rata jumlah nasabah yang datang setiap harinya di kisaran 130 nasabah.
"Selama pandemi ini sekitar 140-150 nasabah per hari. Jadi ada kenaikan 15 persen jika dibandingkan dengan sebelum pandemi," katanya.
Ia tidak memungkiri kenaikan tersebut karena prosedur gadai lebih simpel dan cepat. Selain itu, masyarakat cenderung memilih menggadaikan barang milik mereka dibandingkan harus menjual.
"Selain sayang kalau mau jual kan proses jual juga tidak cepat. Bahkan bagi nasabah-nasabah baru kami juga lebih memilih untuk menjadikannya (barang) sebagai jaminan lagi," katanya.