Selasa 23 Jun 2020 01:13 WIB

Belum Sepekan, Terjadi 75 Kejadian Bencana di Tasikmalaya

Banyaknya bencana terjadi di Tasikmalaya karena hijan intensitas tinggi yang merata.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolandha
Bencana tanah longsor menimpa badan Jalan Garut-Tasikmalaya, tepatnya di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Ahad (31/5).
Foto: Dok Istimewa.
Bencana tanah longsor menimpa badan Jalan Garut-Tasikmalaya, tepatnya di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Ahad (31/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat, sedikitnya ada 75 kejadian bencana sejak Kamis (18/6) hingga Ahad (21/6). Bencana tanah longsor adalah yang paling mendominasi dengan 68 kejadian, sementara tiga kejadian banjir, satu jembatan putus akibat banjir bandang, satu angin kencang, dan dua pergerakan tanah.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, banyaknya bencana itu disebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang hampir merata di seluruh wilayah sejak beberapa hari terakhir. Sebab, menurut dia, memang wilayah Kabupaten Tasikmalaya rawan bencana, terutama longsor.

Baca Juga

"Akibat puluhan bencana itu, satu orang meninggal dunia tertimpa longsor di Kecamatan Gunungtanjung, dan sejumlah warga luka ringan di Kecamatan Cibalong akibat longsor," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (22/6). 

Selain itu, lanjut dia, ratusan rumah terdampak akibat puluhan bencana yang terjadi. Untuk rumah terdampak bencana banjir, ia mengatakan, warga sudah dapat kembali beraktivitas lantaran air sudah surut. Namun, untuk warga terdampak longsor dan pergerakan tanah masih ada yang mengungsi karena terdapat puluhan rumah yang tertimpa maupun terdampak longsor.

Irwan mengatakan, warga masih banyak yang memilih mengungsi lantaran hujan masih terus terjadi. Selain itu, di beberapa titik masih terjadi pergerakan tanah.

Menurut dia, pengungsi yang paling banyak berada di Kecamatan Taraju dan Cigalontang lantaran tanah longsor. Namun, BPBD tak membuat tenda darurat, melainkan mengungsi ke rumah kerabatnya. BPBD telah membuat dapur umum dan diserahkan kepada warga. Sementara untuk kebutuhan logistik dipasok oleh pemerintah setempat.

Namun, ia belum bisa memastikan jumlah rumah yang terdampak maupun warga mengungsi akibat longsor. Petugas BPBD Kabupaten Tasikmalaya masih terus melakukan pendataan. 

"Kita masih menginventarisir rumah yang terdampak longsor dan gerakan tanah. Petugas juga menyebar di berbagai lokasi karena banyak kejadiannya," kata dia.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Kecamatan Parungponteng merupakan wilayah yang paling parah terdampak dengan 46 kejadian bencana, Kecamatan Cikatomas delapan kejadian, Taraju enam kejadian, serta Salawu, Sukaraja, Cibalong, dan Karangnunggal masing-masing dua kejadian bencana. Sementara kecamatan lainnya yang terdampak bencana yaitu Cigalontang, Cipatujah, Gunungtanjung, Jatiwaras, Pagerageung, Sodonghilir, dan Sukaresik, masing-masing satu kejadian bencana. 

Sebelumnya, Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto mengatakan, wilayahnya memang merupakan daerah rawan bencana nomor dua di Jawa Barat, terutama bencana tanah longsor. Menurut dia, bencana itu merupakan kejadian yang tidak.

"Kita minta wilayah yang longsor, desa menyiapkan BTT (biaya tak terduga). Kita sebenarnya sudah siapkan anggaran Rp 14 miliar, tapi itu kan dipakai untuk Covid-19," kata dia akhir pekan lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement