Senin 22 Jun 2020 06:05 WIB

Penanganan Covid-19 Pengaruhi Elektabilitas Kepala Daerah

Covid-19 dapat mengubah peta elektoral karena dapat menjadi pertarungan kepala daerah

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Hiru Muhammad
Warga beraktivitas saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Ahad (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB atau car free day dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret 2020 lalu karena pemberlakuan PSBB  untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas
Foto: ANTARA/GALIH PRADIPTA
Warga beraktivitas saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Ahad (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB atau car free day dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret 2020 lalu karena pemberlakuan PSBB untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan penanganan pandemi virus Covid-19 memengaruhi elektabilitas para kepala daerah. Khususnya, bagi mereka yang digadang maju sebagai calon presiden 2024, seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil (RK), dan Ganjar Pranowo

"Covid-19 punya dampak mengubah peta elektoral karena bisa menjadi pertarungan kepala daerah untuk menunjukkan taringnya," ujar Burhanuddin dalam sebuah webinar, Ahad (21/6).

Hal ini terbukti dari perbandingan hasil survei lembaganya pada Februari dan Mei. Ganjar, naik dua persen dari 9,1 persen pada Februari 2020 menjadi 11,8 persen pada Mei 2020.

Anies, pada Februari 12 persen turun menjadi 10 persen. Sedangkan RK, pada Februari atau sebelum pandemi yaitu 3,8 persen. Setelah pandemi naik menjadi 7,7 persen. Salah satu yang memengaruhi elektabilitas ketiganya adalah faktor partisan. Di mana Anies disebut sulit mendapatkan dukungan dari partisan pendukung Joko Widodo.

"Mungkin selama ini, narasi Mas Anies yang dipakai dianggap mengaleniasi basis pendukung Jokowi. Sehingga apapun yang dikerjakan Anies, baik atau buruk akan diframe negatif," ujar Burhanuddin 

Hal ini berbeda dengan Prabowo Subianto yang mengalami penurunan elektabilitas. Itu disebabkan karena kurang tampilnya Menteri Pertahanan itu di publik selama penanganan Covid-19. "Pak Prabowo punya posisi di pemerintah tapi tidak setiap saat punya momen jelaskan penanganan Covid-19," ujar Burhanuddin.

Tetapi, naik dan turunnya elektabilitas selama pandemi Covid-19 masih dalam rentang margin of error. Sehingga tidak ada satupun tokoh yang dominan dalam hasil surveinya."Tidak ada calon yang dominan per Mei 2020. Jadi Covid-19 ini membuat lapangan permainan menjadi rata," ujar Burhanuddin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement