REPUBLIKA.CO.IDJAKARTA - Perusahaan umum daerah (Perumda) Pasar Jaya menutup tujuh dari 15 pintu masuk atau gerbang masuk Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Hal ini sebagai langkah penerapan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi.
"Pasar Minggu ini cukup luas, memiliki 15 akses masuk, gerbang. Jadi selama PSBB transisi kami hanya membuka delapan akses masuk di Pasar Minggu," kata Manager dan Kepala Pasar Minggu (Perumda) Pasar Jaya, Febry Rozaldi saat ditemui di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu.
Pantuan Antara di lokasi, penutupan gerbang masuk Pasar Minggu dilakukan menggunakan kerucut oranye dan pita kuning hitam menyerupai garis polisi. Pita itu dililitkan ke dua sisi gerbang sehingga menghalangi akses masuk orang, barang, maupun kendaraan.
Febry menjelaskan, penutupan akses masuk tersebut untuk menertibkan dan mengatur pergerakan pembeli atau pengunjung maupun pedagang yang berjualan di Pasar Minggu. Bangunan Pasar Minggu terdiri atas lima blok yakni Blok B, C, D, E dan F yang menyebar di lima penjuru mata angin. Total ada 1.700 pedagang kios dan 1.400 pedagang pelataran (lapak) khusus pangan.
"Delapan pintu yang kami buka ini sudah mengakomodir akses masuk untuk setiap blok yang di Pasar Minggu," katanya.
Selain membatasi akses masuk Pasar Minggu agar lebih tertib dan terawasi pergerakan masyarakatnya, Perumda Pasar Jaya juga melengkapi peralatan untuk protokol kesehatan mencegah Covid-19. Antara lain seperti penyediaan tempat cuci tangan dan marka untuk pembatasan jarak fisik pengunjung serta jalur keluar masuk pengunjung selama di pasar.
Sebelumnya, marka pembatasan jarak fisik dibuat semi permanen menggunakan lakban warna hitam. Seiring berjalannya waktu, kondisi marka sudah memudar dan rusak.
Sejak Pasar Minggu ditutup selama tiga hari terhitung mulai Sabtu (20/6), petugas pengelola Pasar Minggu merapikan kembali fasilitas protokol kesehatan yang tersedia termasuk markah pembatas jarak fisik. "Selama Pasar Minggu ditutup kita lakukan pembenahan dan merapikan lagi protokol kesehatan yang sudah ada," kata Febry.