REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemhan) ingin meningkatkan ketahanan pangan untuk mengantisipasi munculnya dampak serangan wabah penyakit di masa depan. Strategi yang dipilih untuk melakukan hal tersebut ialah membuat lahan khusus.
"WHO menyatakan virus baru itu terus bermunculan. Jadi, seandainya pandemi Covid-19 ini usai, tak menjamin di masa depan wabah penyakit baru tak muncul. Karena itu indikator ketahanan pangan harus kita tingkatkan di masa depan untuk mengantisipasi serangan wabah penyakit," ujar Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam kegiatan webinar, Kamis (18/6).
Wamen mengatakan, jika pandemi diibaratkan dengan suasana perang maka dibutuhkan peralatan tempur yang kuat untuk melawan. Peralatannya disini salah satunya cadangan pangan yang panjang.
Trenggono menjelaskan, untuk sektor pangan, komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah beras, gula, terigu, dan kedelai. Menurut dia, saat ini komoditas beras Indonesia hanya kuat untuk 69 hari. Jumlah tersebut beda jauh dengan India yang bisa mencapai setahun.
"Sekarang itu di komoditas beras kita hanya kuat untuk 69 hari, bandingkan dengan India yang bisa setahun. Karena itu kami dari Kemhan sedang mengajukan satu model yang bisa meningkatkan ketahanan pangan nasional," katanya.
Dia mengatakan, strategi yang dipilih adalah membuat lahan khusus untuk ketahanan pangan nasional. Mengutip kajian yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), ada 16,6 juta hektar kawasan hutan non-hutan layak dikonversi menjadi lahan pertanian produktif. Sebagian besar lahan ada di Papua, disusul Kalimantan, dan Sumatera.
"Kita ingin mengoptimalkan lahan ini agar tidak menjadi opportunity loss bagi negara. Rasionalisasi kawasan hutan adalah faktor penting bagi kelestarian pengelolaan hutan dan menjadi enabler untuk pembangunan nasional," jelasnya.
Jika rencana pengadaan lahan pangan ini terealisasi, maka diharapkan akan dapat menyumbang sekitar 20 persen cadangan pangan nasional nantinya. "Kita pastikan ini memang untuk ketahanan pangan, jadi kawasan yang dipilih tidak boleh berubah fungsi dari kawasan tanaman pangan yang akan kita kembangkan," tuturnya.
Menurut Trenggono, jika sebuah pandemi terjadi yang berujung kepada krisis seperti yang ada sekarang, terdapat beberapa hal paling rentan terkena dampaknya. Pertama, di sektor pekerjaan, di mana muncul pengangguran karena kegiatan ekonomi dipaksa berhenti. Kedua, masalah ketersediaan pangan. Ketiga, ketahanan kesehatan.
"Kalau ketiga hal ini tak bisa dikelola dengan baik bisa berpengaruh kepada ketahanan dan kedaulatan negara secara keseluruhan. Karena itu semua elemen bangsa perlu bekerjasama secara serius melawan ancaman pandemi agar ketahanan nasional terjaga," katanya.