REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani, Fauziah Mursid
Indonesia akhirnya melampaui Singapura dalam jumlah terbanyak kasus positif Covid-19. Tambahan 1.031 kasus baru yang diumumkan pada Rabu (17/6) membuat total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 41.431 kasus. Jumlah itu melebihi total kasus di Singapura yakni sebanyak 41.216 kasus.
Selain terbanyak dalam jumlah kasus positif Covid-19, jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia juga menjadi yang terbanyak di Asia Tenggara dengan angka 2.276. Jumlah kematian kemungkinan tiga kali lebih besar dari angka resmi jika merujuk pada platform LaporCovid-19 atau KawalCOVID19.
ALARM IN INDONESIA: Total Cases crossed the 122,000 mark at 7:00 pm with over 1,700 New Cases reported across the region today. Of major concern is the fact that Indonesia has now surpassed Singapore as the ASEAN member state with the highest number of Total Cases.#COVID19 pic.twitter.com/dEcf9A2YhR
— The ASEAN Post (@theaseanpost) June 17, 2020
Seperti dilaporkan the Strait Times, Kamis (18/6), kebanyakan kasus Covid-19 di Singapura berasalah dari klaster pekerja migran. Berbeda dengan di Indonesia, di mana virus corona telah menyebar di 34 provinsi dan didominasi oleh transmisi lokal.
"Tren tambahan kasus harian merefleksikan realitas di lapangan," virolog kata dari Universitas Udayana, Ngurah Mahardika.
Menurut Mahardika, gelombang kedua infeksi bisa dicegah jika pemerintah mempertahankan kebijakan ketat pembatasan sosial.
"Saya memperkirakan gelombang infeksi saat ini akan mencapai puncaknya pada 21 Juni dan kemudian kita seharusnya melihat tren penurunan kasus, tapi berdasarkan pemodelan saya, puncak kedua akan terjadi pada 21 Desember," kata Mahardika, menambahkan.
Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, tingginya angka penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia beberapa waktu terakhir merupakan hasil pelacakan kontak atau contact tracing yang agresif terhadap pasien positif Covid-19. Karenanya, angka penambahan terus meningkat setiap harinya.
"Ini berbasis pada hasil tracing yang agresif, menjadi penting karena kemudian kita mengidentifikasi kasus positif untuk menentukan langkah lebih lanjut, yakni isolasi yang tepat dan perawatan manakala ditemukan gejala-gejala signifikan," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (17/6).
Meski demikian, Yurianto meyakini tracing agresif terhadap pasien Covid-19, tidak bisa menjangkau 100 persen kontak erat dari pasien tersebut. Karena itu, satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penularan adalah dengan membentengi diri dengan protokol kesehatan.
"Kami meyakini betul tracing yang kita lakukan secara agresif belum bisa menjangkau 100 persen kontak erat, karena itu kita harus mengubah kebiasaan-kebiasaan baru," ujarnya.
Selain itu, Yurianto mengatakan, tingginya penambahan juga lantaran kinerja pemeriksaan yang terus ditingkatkan di seluruh daerah. Ia menerangkan, jumlah spesimen yang diperiksa pada hari ini sebanyak 19.757 spesimen sehingga total keseluruhan adalah 559.872 spesimen baik menggunakan PCR maupun berbasis tes cepat molekuler (TCM).
Saat mengumumkan perkembangan data harian Covid-19, kemarin, Yurianto, menyatakan, penambahan kasus masih didominasi lima provinsi yang terbanyak melaporkan kasus positif Covid-19. Pertama, Jawa Timur dengan penambahan 225 kasus baru, kemudian DKI Jakarta 127 kasus. Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga terbanyak dengan 115 kasus, Kalimantan Selatan 86 kasus baru, dan Sulawesi Selatan 84 kasus.
Selain penambahan kasus baru, pemerintah juga mencatat penambahan pasien sembuh sebanyak 540 orang, sehingga total 16.243 orang pasien yang telah sembuh. Kemudian pasien meninggal bertambah 45 orang sehingga total ada 2.276 pasien yang meninggal akibat Covid-19.
"Sudah 432 kabupaten kota telah terdampak di 34 provinsi yang terdampak Covid-19, dan kita masih melakukan pemantauan terhadap orang dalam pemantauan sebanyak 42.714 orang dan pasien dalam pengawasan 13.279 orang," ungkapnya.