Rabu 17 Jun 2020 10:56 WIB

Pedagang Pasar Beringharjo Gencarkan Jualan Online

Pedagang fesyen di Pasar Beringharjo gencar berjualan daring demi kerek omzet

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pengunjung mengamati batik yang dijual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Pedagang fesyen di Pasar Beringharjo gencar berjualan online demi kerek omzet selama pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Pengunjung mengamati batik yang dijual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Pedagang fesyen di Pasar Beringharjo gencar berjualan online demi kerek omzet selama pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Berkurangnya jumlah pembeli yang datang secara langsung ke Pasar Beringharjo sisi barat membuat pedagang produk fesyen dan batik di pasar tradisional Kota Yogyakarta tersebut mulai menggencarkan penjualan secara daring (online). Pernyataan ini diungkapkan Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo Ujun Junaedi.

"Hampir tidak ada pembeli yang datang. Tetapi, banyak teman-teman yang kini juga berjualan secara online. Hasilnya lumayan," kata Ujun di Yogyakarta, Rabu (17/6).

Baca Juga

Menurut dia, hampir semua pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat memilih menutup kiosnya sejak terjadinya pandemi Covid-19. Penutupan kios dilakukan karena tidak ada pembeli yang datang ke pasar untuk membeli barang-barang fesyen.

Ujun mengatakan, pedagang di Pasar Beringharjo sisi barat mengandalkan pembeli dari kalangan wisatawan. Namun, karena hampir semua wilayah melakukan pembatasan sosial dengan meminta warga lebih banyak beraktivitas di rumah, tidak ada wisatawan yang datang. Kondisi ini turut berimbas pada penjualan produk fesyen dan batik di pasar tersebut.

"Teman-teman kemudian memasarkan produk mereka secara online. Ada yang melalui marketplace, ada juga yang melalui grup percakapan," katanya.

Produk yang paling banyak diminati masyarakat selama pandemi Covid-19 adalah pakaian rumah untuk perempuan seperti daster dan piyama. "Meskipun beraktivitas di rumah, ternyata para perempuan juga ingin tetap merasa nyaman, tetapi juga cantik. Makanya produk daster dan piyama banyak diminati," katanya.

Ujun menyebut penjualan daring bisa mencapai sekitar 10 potong per hari. Untuk saat ini, Ujun mengatakan, pedagang di Beringharjo sisi barat sudah mencoba kembali bangkit dengan membuka kiosnya. Sekitar 90 persen pedagang sudah kembali membuka kiosnya.

"Penjualan sempat mengalami kenaikan sekitar 40 persen selama sepekan menjelang Lebaran, tetapi kemudian turun lagi. Sekarang sudah ada beberapa pembeli yang datang langsung. Masih satu atau dua orang saja, tetapi warga lokal. Tetapi, terkadang juga tidak ada yang datang," katanya.

Meskipun demikian, Ujun mengatakan, pihaknya tetap memberikan semangat ke pedagang dan meminta mereka mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan agar tidak berpotensi menularkan virus corona. "Di lantai satu bahkan sudah ada alur pengunjung, tetapi di lantai dua belum terpasang. Mungkin karena belum banyak pembelinya," ucap Ujun.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan, pedagang di Beringharjo sisi barat sudah mulai membuka kiosnya. "Kami memberikan panduan belanja aman di pasar tradisional. Infrastruktur penunjang pola hidup bersih dan sehat pun terus kami penuhi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement