REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 1.145 pengguna kereta rel listrik (KRL) pada Senin (15/6) pagi beralih menggunakan 82 bus alternatif. Bus itu disediakan oleh lintas instansi meliputi Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bogor.
Pelayanan bus gratis ini disediakan sebagai angkutan alternatif bagi pengguna KRL sehingga tidak terjadi penumpukan penumpang di KRL yang dapat menyebabkan jaga jarak (physical distancing) tidak terjaga. Angkutan bus alternatif ini semula telah disediakan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan sejak 15 Mei 2020.
"Sejak tanggal 15 Mei 2020, Kementerian Perhubungan setiap Senin pagi dan Jumat sore menyediakan layanan alternatif berupa bus tanpa dipungut biaya bagi pengguna KRL," jelas Kepala BPTJ Polana B Pramesti dalam keteranganya di Jakarta, Senin (15/6).
Polana mengatakan layanan bus alternatif ini hanya disediakan pada Senin pagi dan Jumat sore karena berdasarkan evaluasi pada waktu tersebut jumlah pengguna KRL mengalami peningkatan, sehingga ketentuan jaga jarak baik di stasiun maupun di dalam KRL dikhawatirkan tidak terpenuhi. Mengingat layanan ini bersifat dukungan, lanjut dia. maka masyarakat diarahkan untuk dapat memanfaatkan layanan KRL terlebih dahulu, bus baru dioperasionalkan dalam kondisi terjadi kepadatan jumlah penumpang KRL.
"Dalam hal penumpang sudah dapat terlayani oleh KRL dan tidak terjadi penumpukan penumpang, bus bantuan tidak akan beroperasi meski sudah disiagakan," ujarnya.
Seiring dengan masa menuju adaptasi kebiasaan baru (PSBB Transisi/PSBB Proporsional) masyarakat yang kembali beraktivitas semakin meningkat, sehingga bus yang semula disediakan BPTJ tidak mencukupi. Untuk itu Pemerintah Propinsi DKI Jakarta ikut berpartisipasi dengan menyediakan 50 unit bus sedang demikian pula dengan Pemerintah Kota Bogor dengan 10 unit bus sedang, sedangkan Kementerian Perhubungan 22 unit bus besar, sehingga kapasitas menjadi lebih memadai.
"Kami tentunya mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bogor, untuk berpartisipasi mengatasi permasalahan ini, " kata Polana.
Menurutnya, penyediaan bus oleh lintas instansi ini dilakukan sebagai bentuk komitmen untuk melayani masyarakat yang masih harus beraktivitas dengan senantiasa berpedoman pada protokol kesehatan, utamanya jaga jarak. "Kami tentunya juga akan melakukan evaluasi untuk ke depan bagaimana agar masyarakat tetap terlayani," ucap Polana.
Dari 82 unit bus yang disiagakan pada Senin (15/06) tercatat 75 bus beroperasi membawa penumpang sementara tujuh unit bus tidak beroperasi karena penumpang sudah terlayani KRL. Adapun tujuh bus yang tidak beroperasi tersebut merupakan bus yang disiagakan di Stasiun Depok Baru (tiga unit), Stasiun Cisauk dua unit dan massing-masing satu unit di Stasiun Tangerang dan Stasiun Tanah Tinggi.
Operasional dimulai pada pukul 05.15 WIB dan berakhir pada pukul 08.30 WIB dengan selang waktu rata-rata 15 menit sekali. Protokol Kesehatan seperti mengenakan maskser, dilakukan pengukuran suhu tubuh penumpang sebelum memasuki bus dan jaga jarak tetap diberlakukan dalam pelayanan bus ini.
Jumlah penumpang terbanyak tercatat berasal pada pemberangkatan dari Stasiun Bogor yaitu 706 orang yang diangkut dengan 30 bus sedang dan tujuh bus besar. Sementara itu pemberangkatan dari Stasiun Bojong Gede mencatat jumlah penumpang sebanyak 181 orang yang diangkut dengan 10 bus sedang, Stasiun Cilebut sebanyak 73 orang yang diangkut dengan 10 bus sedang serta Stasiun Depok Baru hanya 17 penumpang yang diangkut dengan tujuh bus sedang.
Adapun lintas Bekasi - Jakarta tercatat 81 orang diberangkatkan dari Stasiun Cikarang dengan 5 bus besar dan 85 orang diberangkatkan dari Stasiun Tambun dengan 5 bus besar.
Lintasan Tangerang Jakarta tidak banyak penumpang yang diangkut yaitu hanya dua orang dari Stasiun Batu Ceper.