Senin 15 Jun 2020 12:47 WIB

Tumpang Sari, Cara Petani Karet Pasaman Tambah Pendapatan

Tumpang sari cabai sebagai solusi karena menurunnya pendapatan petani Karet

Penyuluh pertanian BPP Panti di Kabupaten Pasaman mengajak petani karet di Kecamatan Panti menanam cabai merah sebagai tanaman sela seluas lima hektar pada kebun karet Air Sirah di Jorong Petok Selatan, Nagari Panti Selatan. Hasil panen tumpang sari cabai menambah pendapatan petani setelah harga karet anjlok terdampak pandemi Covid-19 di Provinsi Sumatra Barat.
Foto: Kementan
Penyuluh pertanian BPP Panti di Kabupaten Pasaman mengajak petani karet di Kecamatan Panti menanam cabai merah sebagai tanaman sela seluas lima hektar pada kebun karet Air Sirah di Jorong Petok Selatan, Nagari Panti Selatan. Hasil panen tumpang sari cabai menambah pendapatan petani setelah harga karet anjlok terdampak pandemi Covid-19 di Provinsi Sumatra Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PASAMAN -- Penyuluh pertanian BPP Panti di Kabupaten Pasaman mengajak petani karet di Kecamatan Panti menanam cabai merah sebagai tanaman sela seluas lima hektar pada kebun karet Air Sirah di Jorong Petok Selatan, Nagari Panti Selatan. Hasil panen tumpang sari cabai menambah pendapatan petani setelah harga karet anjlok terdampak pandemi Covid-19 di Provinsi Sumatra Barat.

"Akibat wabah virus Corona, harga karet anjlok ke Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kg, maksimal harga karet di masa normal mencapai Rp 6.500 per kg. Akibatnya, rata-rata pendapatan karet hanya Rp 1,2 jutaan per bulan dari kebun seluas setengah hektar," kata Koordinator BPP Panti, Ade Candra di Pasaman, belum lama ini.

Menurutnya, petani pun 'curhat' ke penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) untuk mendapat solusi atas kelangsungan hidup penduduk perkebunan karet di Kecamatan Panti. Luas total perkebunan karet rakyat di Pasaman saat ini tercatat 1.752 hektar namun potensinya berbanding terbalik dengan pendapatan petaninya.

"BPP Panti berinisiatif mengembangkan komoditas hortikultura, yang cocok cabai merah. Kawasan yang dipilih adalah perkebunan Air Sirah yang dinilai paling cocok untuk mengembangkan tumpang sari cabai sesuai hasil analisa uji tanah," kata Ade Chandra melalui pernyataan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP).

Penyuluh Pusat di Kementerian Pertanian RI, Edizal, selaku pendamping penyuluhan pertanian Provinsi Sumatra Barat mengatakan semangat petani dan penyuluh sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, yang menginstruksikan ketersediaan pangan harus tetap terpenuhi meski terhadang wabah Corona.

“Pertanian tidak boleh berhenti. Dalam kondisi apa pun, pertanian harus tetap berproduksi. Petani dan penyuluh sinergi bekerja keras turun ke lapangan. Semua insan pertanian harus memastikan produksi pangan berjalan lancar," pesan Mentan di berbagai kesempatan.

Instruksi Mentan digarisbawahi oleh Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi bahwa pangan adalah kebutuhan pokok manusia untuk kelangsungan hidup. Pertanian tidak boleh berhenti untuk menyediakan kebutuhan pangan.

Ade Candra menambahkan BPP Panti selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat kecamatan sebagai locust pembangunan pertanian mendukung petani karet Pasaman melalui penyuluhan, pembinaan dan pendampingan. 

"Agenda utama berupa penyuluhan massal dengan narasumber dari BPP Panti, temu usaha yang melibatkan agronomis dan formulator dari perusahaan pestisida, demonstration plotting atau Demplot didukung dana APBN dan APBD, dilanjutkan temu lapang melibatkan pihak-pihak terkait didukung media informasi penyuluhan," katanya.

Hasil panen dari pengembangan tumpang sari cabai di kebun karet sejak Februari lalu menggembirakan petani. Kisaran harga Rp 40 ribuan ketika permintaan meningkat, kalau pun anjlok ke Rp15 ribuan per kg tetap dirasa menguntungkan bagi petani, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta musim tanam berikutnya.

"Luas tumpang sari cabai Air Sirah mencapai lima hektar, yang ditargetkan akan bertambah di masa-masa mendatang, setelah melihat antusiasme petani karet mengembangkan budi daya cabai," kata Ade Candra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement