Jumat 12 Jun 2020 23:22 WIB

Pengrajin Tempe Terus Eksis Saat Pandemi Covid-19

Impor kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 2,75 juta ton.

Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Ikhsan Abdullah (kiri), di sela kunjungan ke rumah tempe A Zaki, Jumat (12/6).
Foto: Dok. Ist
Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Ikhsan Abdullah (kiri), di sela kunjungan ke rumah tempe A Zaki, Jumat (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tempe sebagai makanan khas Indonesia sejak abad ke-12, telah terkenal di seluruh dunia bahkan sempat diklaim sebagai makanan asli setempat oleh negara lain. Pengrajin tempe sebagai industri kecil rumahan yang berbasis halal telah mampu bertahan dan tetap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan gizi seimbang. 

Para pengrajin tempe saat ini tumbuh dengan baik di tengah-tengah pandemi covid-19. Salah satu indikasi pertumbuhan tersebut adalah diresmikannya rumah tempe A Zaki, pada Jumat, 12/6 di Perumahan Bogor Raya Permai Blok FG, Jl. Bojong Neros Curug, Bogor Jawa barat. 

“Hal yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah bagaimana pengrajin tempe mendapatkan suplai kedelai dengan harga yang relatif murah karena tempe menghiasi semua meja makan masyarakat Indonesia dari mulai masyarakat sederhana sampai dengan masyarakat yang berpenghasilan tinggi" papar Ikhsan Abdullah selaku Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch yang juga Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI disela kunjungan ke rumah tempe A Zaki, Jumat (12/6).

Menurut data statistik yang dirilis oleh Departemen Pertanian AS (USDA), impor kedelai Indonesia diperkirakan mencapai 2,75 juta ton. Pada periode Oktober 2017/2018, impor kedelai mencapai 2,5 juta ton. Indonesia sendiri merupakan pasar ekspor pertanian AS ke-9 pada 2017, dengan nilai total US$2,9 Milliar atau ekuivalen dengan Rp. 40.600.000.000.000,-.

Kedelai sebagai bahan utama tempe sampai saat ini 85% masih menggunakan kedelai import asal Amerika, berarti kita harus mengeluarkan devisa besar, padahal konon dahulu nenek moyang kita sebagai bangsa pemakan tempe dapat memenuhi sendiri kebutuhan kedelainya.

"Ini tentu harus mendapatkan perhatian kita semua, bagaimana Indonesia yang memiliki universitas terkemuka dan fakulta-fakultas pertanian, lahan yang sangat luas serta sumber daya manusia yang cukup, akan tetapi masih terus bergantung kepada negara lain untuk memenuhi kebutuhan kedelai," kata dia.

Seharusnya, kata dia, ketergantungan tersebut dapat dilurangi. Setidaknya petani kedelai dapat mengurangi angka import yang sangat besar tersebut. Devisa negara untuk belanja kedelai dapat digunakan untuk memperluas areal penanaman kedelai yang dapat memberikan pekerjaan untuk masyarakat demi meningkatkan pendapatan petani kedelai dan industry pertanian.

"Industri kecil rumahan seperti rumah tempe A Zaki adalah satu contoh dari pabrik tempe di tanah air yang memperhatikan proses berproduksi yang bersih, sehat dan performance yang baik sehingga image di masyarakat terhadap pabrik tempe mulai berubah, yakni sebagai industri kecil rumahan yang modern, bersih, sehat dan halal," kata dia.

Tempat dan alat-alat produksi rumah tempe A Zaki, selain diproduksi menggunakan mesin pengolahan yang modern juga karyawannya sangat memperhatikan protomol kesehatan Covid-19. Mereka menggunakan masker, sarung tangan, penutup kepala, dan social distancing. 

Diproduksi dengan menggunakan air bersih yang bersumber dari PDAM dan air sumur serta tidak menggunakan bahan artificial. Demikian pula dengan ruang produksi dan fermentasi tertata dengan lay out yang baik, memperhatikan suhu dan kelembaban sebagaimana yang dipersyaratkan dalam industry kecil tempe rumahan. Dari sisi estetika rumah tempe A Zaki juga sangat memperhatikan kemasan atau packaging sehingga kualitas dan kebersihan hasil produksinya dapat dijamin. 

“Harapan saya rumah tempe A Zaki kedepan menjadi model prototype industry kecil rumahan khususnya pabrik tempe ditanah air" jelas Ikhsan.

Pada saat peresmian Rumah Tempe A Zaki dihadiri oleh tokoh masyarakat, ormas dan unsur Pemerintah. Hadir mewakili Baharkam Mabes Polri Bapak Kombes Drs. Suroso Miharjo, M.M., Sekretaris Indonesia Halal Watch Raihani Keumala, SH, Wakapolresta Bogor Bapak AKBP M. Arsal Sahban, Camat Bogor Barat Ibu R.R Juniarti Estiningsih, SE., MM, Kapolsek Kecamatan Bogor Barat, Ibu Kompol Sundarti,  SH., Dinas Komunikasi dan Informasi Bogor dan Tokoh Agama Bapak Ust. Muhtadin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement