Senin 08 Jun 2020 05:57 WIB

Anies Bicara Covid di Depan 40 Pimpinan di Seluruh Dunia

Bersama 40 gubernur dan wali kota dunia, Anies berbagi cara menangani Covid-19.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
Foto: Thoudy Badai
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dianggap berhasil dalam penanganan pandemi Covid-19. Karena itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan diundang untuk menghadiri virtual meeting 'The Mayoral Meeting Cities Against Covid-19 (CAC) Global Summit 2020' pada 2 Juni lalu. Dengan mengusung tema 'Together We Stand', Anies berbicara di depan 40 gubernur dan wali kota di seluruh dunia. Video tersebut diunggah akun Youtube Pemprov DKI pada Ahad (7/6).

Dikutip dari prnewswire.com, global summit atau konferensi tingkat tinggi (KTT) yang mencakup 15 sesi ini berlangsung pada 1-5 Juni 2020. Para ahli global di bidang perawatan kesehatan, pendidikan, teknologi informasi, dan lingkungan berbagi informasi mendalam tentang tanggapan dan solusi untuk penanganan Covid-19. Semua program yang dipaparkan pemateri dilengkapi dengan interpretasi simultan dalam bahasa Inggris.

Baca Juga

Adapun Anies kebagian sesi presentasi pada 2 Juni, yang diawali dengan pidato pembukaan Wali Kota Seoul Park Won-Soon selaku tuan rumah. Acara tersebut diikuti Gubernur Maryland (AS) Larry Hogan, Wali Kota Moskow (Rusia) Sergei Sobyanin, Wali Kota London (Inggris) Sadiq Khan, dan Wali Kota Budapest (Hungaria) Gergely Karácsony.

Selain itu, wali kota Istanbul (Turki), Teheran (Iran), Tel Aviv (Israel), Buenos Aires (Argentina), Vancouver (Kanada), Chongqing (China), dan New Delhi (India) ikut berbagi penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing. Setelah diskusi, sesi dilanjutkan dengan 'Deklarasi Seoul' yang diikuti seluruh peserta.

Sebelum menyilakan Anies berbicara, dalam video di akun Youtube Pemprov DKI, moderator mengatakan bahwa contoh dari Gubernur Anies Baswedan pada Mei dapat dikatakan sebagai bulan terberat untuk provinsi terbesar keempat di Asia Tenggara dalam menangani pandemi Covid-19. "Namun, Jakarta tampaknya telah berhasil mengubah keadaan dengan jumlah kasus yang terus menurun setelah melewati puncaknya pada pertengahan Mei. Bapak Gubernur tampaknya Anda memiliki bahan paparan yang telah dipersiapkan. Jika (Anda) sudah siap, saya akan memberikan kesempatan kepada Anda untuk berbicara sekarang."

Gubernur Anies pun mengucapkan terima kasih atas undangan yang diberikan untuk mengikuti pertemuan penting para pemimpin di seluruh dunia, khususnya teman baik Wali Kota Park. Menurut Anies, Park adalah salah satu panutan pemimpin kota. Dia juga menyampaikan salam kepada gubernur dan wali kota yang mengikuti pertemuan tersebut.

Anies mengatakan, Pemprov DKI ingin membagikan penanganan Covid-19 kepada seluruh peserta. Namun, ia menekankan, materi yang disampaikan ingin mengajak gubernur dan wali kota seluruh dunia untuk melihat ke depan. "Maksud saya, kita semua berpengalaman menghadapi pandemi ini, tapi saya pikir penting bagi kita semua untuk melihat hal-hal di balik pandemi ini," ucap mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) tersebut.

Menurut Anies, Jakarta tidak hanya mengalami masalah, tetapi juga kesempatan. Bagi dia, masalah yang dihadapi ada dua, yaitu krisis kesehatan dan ekonomi. Di sisi lain, Pemprov DKI mengalami terobosan dalam bidang digital dan lingkungan yang lebih asri.

Anies menuturkan, selama ini di Jakarta masalah polusi merupakan salah satu tantangan yang dihadapi Pemprov DKI. Dalam tiga bulan terakhir selama pandemi Covid-19, menurut dia, masyarakat mendapatkan langit yang biru kembali karena mobilitas kendaraan turun drastis.

"Sehingga masyarakat mulai menyadari bahwa inilah yang dapat terjadi saat kita memiliki ekonomi berbasis lingkungan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan," ucap Anies.

Bagi dia, krisis kesehatan dan ekonomi memang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Namun, yang tidak pernah terbayangkan beberapa bulan lalu adalah semua pihak kini saling berbagi nilai-nilai baru tentang bagaimana mengelola kota. Indonesia sebagai negara berkembang, Anies melanjutkan, dan Jakarta sebagai kota megapolitan, perkembangannya berorientasi pada transportasi mobil, dengan transportasi publik yang minim.

"Kemudian, kita mengubah diri dari pengembangan berorientasi mobil menjadi pengembangan berorientasi transit (TOD). Kami membangun transportasi publik, stasiun, properti di sekitar stasiun-stasiun tersebut," ucap mantan rektor Universitas Paramadina itu.

Berikutnya, menurut Anies, Pemprov DKI memikirkan program pembangunan lebih lanjut, yaitu pengembangan berorientasi mobil menjadi TOD, disusul pengembangan berorientasi digital. Hal itu mungkin adalah masa depan yang perlu diantisipasi. Pasalnya, masalah pandemi bisa saja muncul lagi pada kemudian hari sehingga perubahan-perubahan harus dilakukan mulai sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement