REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Daud Achmad menyatakan, perantau yang berada di Jabar akan menerima bantuan sosial (bansos), selama masuk dalam daftar penerima bantuan berdasarkan pendataan pemerintah kabupaten/kota hingga tingkat kelurahan/desa dan RW.
”Untuk para perantau ada di Jabar, mereka akan mendapatkan bantuan selama tercatat dalam daftar penerima bantuan," ujar Daud kepada wartawan, Rabu petang (3/6).
Namun, terkait bantuan kepada perantau asal Jabar di daerah lain, Pemprov Jabar masih mengkaji kemungkinan penyerahan bantuannya. "Mudah-mudahan daerah yang bersangkutan memperhatikan mereka,” katanya.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) pada Rabu (3/6) pukul 18:45 WIB, 701 pasien Covid-19 sudah dinyatakan sembuh atau bertambah 53 dari hari sebelumnya. Sementara jumlah pasien positif Covid-19 yakni 2.319 orang, dan 154 meninggal dunia.
Sedangkan, jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 8.512, selesai pengawasan 6.892 orang, dan pasien masih dalam pengawasan sebanyak 1.620 orang. Untuk ODP sebanyak 50.791 orang, selesai pemantauan sebanyak 46.533 orang, dan orang masih dalam pemantauan sebanyak 4.258 orang.
Sebelumnya, menurut Kepala Dinas Industri dan Perindustrian (Indag) Provinsi Jabar Mohammad Arifin Soedjayana, penyaluran bansos provinsi Jabar terus dilakukan ke seluruh daerah supaya dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi Covid-19 bisa tertangani.
"Sesuai dengan target penyaluran bantuan gubernur ini sampai tanggal 8 harus selesai untuk Non DTKS dan DTKS. Sekarang kondisi dari 1,6 juta, sudah hampir 900 ribuan," ujar Arifin kepada wartawan di Gedung Sate, Rabu (3/4).
Arifin menjelaskan, Bulog memproduksi 100 ribu per hari. Kemudian, disalurkan melalui PT POS. Jadi kalau kemarin agak tersendat karena data, sekarang sudah tidak ada masalah lagi. "Di tahap ke dua mudah-mudahan tidak berubah agar distribusi lebih baik," katanya.
Untuk pengadaan paket seperti beras, kata dia, bekerja sama dengan mitra. Saat masa panen di lapangan, Bulog membeli beras yang diberikan oleh mitra yang selama ini bekerja sama dan melakukan pengadaan dengan Bulog. Harganya, sesuai dengan standar bulog.
"Kalau ada harga turun, semua harganya sesuai dengan standar. Semua yang sekarang ini pengadaan bulog bekerja sama dengan mitra di kabupaten kota bersangkutan. Bukan beras impor atau yang stok tahun lalu," katanya.