REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi mengungkapkan pihaknya mulai melakukan uji klinis terapi plasma convalescent kepada pasien Covid-19. Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil penelitian, terapi ini memberikan harapan sembuh yang lebih besar kepada pasien Covid-19.
"Kita mendapatkan bantuan dari Bapak Menkes Plasma Convalescent 21 pack kira-kira cukup untuk 6 pasien. Kita berikan untuk pasien dengan gejala klinis yang berat," kata Joni di Surabaya, Rabu (3/6).
Di Jawa Timur, kata Joni baru ada 5 pasien sembuh dari Covid-19 yang mendonorkan plasma convalescent padahal total pasien sembuh mencapai 799 orang. Maka dari itu Joni mengajak pasien Covid-19 yang sembuh di Jatim untuk mendonorkan darahnya.
"Kita sudah buka pengumuman itu tapi ternyata yang berniat mendonor itu tidak gampang karena golongan darahnya harus sama, dan kita meyakinkan harus tidak ada penyakit lainnya seperti HIV, Hepatitis, dan lainnya," ujar Joni.
Dirut RSUD dr Soetomo ini bercerita salah satu tujuan Menkes memberi sumbangan plasma darah adalah untuk menggerakkan masyarakat Jatim yang sembuh dari Covid-19 untuk mau mendonorkan darahnya. Dia menegaskan, proses donor darah yang bisa dilakukan, sama seperti donor darah pada umumnya.
"Ini sama dengan donor darah biasa, di PMI bisa, RSUD dr. Soetomo bisa, RS Saiful Anwar bisa," ujar Joni.
Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Kohar Hari Santoso menyebutkan Terapi Plasma Convalescent adalah dengan memberikan cairan plasma darah pasien yang sembuh kepada pasien yang positif Covid-19. "Jadi kita punya teknologinya, RSUD dr Soetomo punya, RSSA juga sudah siap, tinggal menunggu donornya," kata Kohar.
Ia menjelaskan, darah dari orang yang sudah sembuh dari Covid-19 akan dilakukan plasmaferesis untuk mengambil plasma darah yang mengandung imunoglobulin atau antibodi. Artinya, akan memberikan antibodi yang kuat terhadap serangan virus Covid-19 bagi pasien yang positif.