REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah mengatakan, komoditas di wilayah setempat tidak mengalami gejolak harga yang signifikan selama pandemi Covid-19. Bahkan, tekanan harga pada periode Idul Fitri 2020 relatif normal dan tidak setinggi pola historisnya.
Namun demikian, kata Difi, terdapat 3 tantangan utama pengendalian inflasi Provinsi Jawa Timur di tengah pandemi. Pertama, kendala distribusi pangan di tengah penerapan pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Kedua penurunan demand masyarakat akibat pelemahan daya beli dan dampak psikologis penyebaran Covid-19.
"Ini berpengaruh pada potensi deflasi komoditas yang lebih dalam," kata Difi di Surabaya, Senin (1/6).
Ketiga, lanjut Difi, antisipasi dampak perpanjangan penerapan PSBB maupun kondisi new normal pasca-Covid-19. Dimana menurutnya, ini akan berpengaruh terhadap kecukupan stok dan akses masyarakat terhadap komoditas pangan strategis.
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim, kata Difi, telah mengambil berbagai langkah inovasi terkait tiga tantangan tersebut. Salah satunya berupa kelembagaan Lumbung Pangan Jatim, yang tidak hanya menjadi wadah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan pangan di Jatim.
"Namun ke depan juga diharapkan dapat berfungsi menjadi pusat kerja sama antar daerah khususnya untuk komoditas pertanian di Indonesia," kata Difi.
Difi menyampaikan, TPID Jatim telah menggelar pembahasan terkait penguatan fungsi Lumbung Pangan Jatim. Sehingga dapat berjalan optimal dalam pelaksanaan tugasnya di masa yang akan datang. Selain itu juga penting dilakukan upaya mapping stok komoditas pangan Jawa Timur yang nantinya dapat menjadi landasan kerja sama antar daerah berdasarkan data neraca pangan yang akurat.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menyampaikan, sektor pertanian yang merupakan salah satu penopang utama perekonomian dan melibatkan setidaknya 1/3 tenaga kerja di Jawa Timur, tidak mengalami goncangan yang besar akibat Covid-19. Namun demikian, produk turunan sektor pertanian khususnya olahan holtikultura, turut terpukul seiring dengan melemahnya sektor pariwisata di tengah pandemi Covid-19.
“Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi efektif, inovasi, dan sinergi antar stakeholders dalam memasarkan produk UMKM pangan Jawa Timur, termasuk potensi kolaborasi dengan Lumbung Pangan Jatim sebagai salah satu jalur pemasaran” kata Emil.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan, langkah kebijakan pemulihan ekonomi diarahkan untuk memperbaiki dua sisi. Baik demand dan supply melalui relaksasi beberapa kebijakan dalam mendorong konsumsi, mendukung dunia usaha dan mempertahankan investasi, serta mendukung ekspor-impor.
"Diharapkan dapat muncul adanya inovasi yang mendukung implementasi new normal dan perbaikan ekonomi ke depan. Inovasi tersebut diharapkan berasal dari TPID kabupaten/ kota di wilayah Jawa Timur, sehingga dapat menjadi role model inovasi nasional," kata Khofifah.