REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pakar Epidemiologi Universitas Alma Ata Yogyakarta Profesor Hamam Hadi menyatakan ada tiga hal fundamental yang harus dipenuhi untuk mengendalikan penyebaran penularan wabah virus corona baru atau COVID-19. Menurut dia, fundamental pertama adalah keseriusan.
Pemerintah perlu memperbaiki fundamental keseriusan ini. Saat ini dia melihat masih banyak kekurangan, kurang cepatnya rapid test (RT PCR), kurangnya APD, kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga medis, paramedis, dan pejuang garda depan lainnya adalah sebagian di antaranya.
"Belajar dari riwayat beberapa negara yang sukses dalam pengendalian COVID-19, apapun caranya yang dipakai, lockdown, rapid test atau apapun namanya, ada tiga fundamental yang harus dipenuhi sebagai syarat sukses," kata Hamam Hadi dalam keterangan tertulis kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis.
Fundamental kedua adalah kedisiplinan. Dia menilai kedisiplinan dalam pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama ini jauh dari nilai keseriusan. Jika fundamental keseriusan masih kurang, maka fundamental kedisiplinan masih lebih buruk lagi.
"Baik pemerintah maupun masyarakat sama-sama kurang disiplin. Ini bisa dilihat dari banyaknya aturan yang tumpang tindih, ego sektoral yang tampak, kebijakan pusat yang kerap kali membingungkan pemerintah daerah, kebijakan yang kurang konsisten adalah di antaranya," katanya.
Disamping itu, lanjut dia, kedisiplinan masyarakat Indonesia juga rendah. Terutama dalam dua-tiga minggu terakhir ini. Kesadaran untuk tinggal di rumah, tidak berkerumun, dan selalu pakai masker jika keluar rumah seolah sudah luntur. Sedangkan kesadaran untuk tidak mudik sudah tidak terkendalikan.
"Ini semua menunjukkan bahwa kedisiplinan kita sebagai bangsa masih sangat rendah dibandingkan bangsa-bangsa lain yang sukses mengendalikan COVID-19," kata Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta itu.
Fundamental ketiga adalah ketegasan. Berlaku tegas dalam menegakkan aturan PSBB dan aturan terkait lainnya adalah tugas pemerintah dan aparatnya mulai dari pusat sampai tingkat rukun tetangga (RT).
"Sayangnya kita sulit membuktikan adanya ketegasan yang dijalankan secara konsisten selama pelaksanaan PSBB. Tidak heran jika hal ini menumbuhkan ketidak-disiplinan dalam berbagai bentuk, sehingga tidak sedikit masyarakat justru berpersepsi bahwa PSBB di Indonesia adalah PSBB bohong-bohongan, basa-basi dan sebagainya," katanya.
Hamam Hadi kemudian menjelaskan bahwa negara-negara lain seperti China, Vietnam dan Malaysia berhasil karena ada keseriusan dan kedisiplinan yang memadai. Kebijakan yang sudah diambil dikawal dengan ketegasan yang tinggi dalam pengendalian virus COVID-19.
"Sementara Taiwan, Korea Selatan, dan Selandia Baru bisa berhasil karena adanya keseriusan dan kedisiplinan masyarakat yang sangat tinggi tanpa membutuhkan ketegasan yang berlebihan tetapi cukup memadai," katanya.