Rabu 27 May 2020 12:31 WIB

Kit Rapid Test yang Sebabkan Puskesmas Tasikmalaya Ditutup

Puskesmas Tasikmalaya disebut gunakan kit rapid test yang berbeda dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil rapid test, lima karyawan Puskesmas Cigeureung di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya dinyatakan reaktif. Akibatnya pelayanan puskesmas terpaksa ditutup selama beberapa hari.
Foto: Prayogi/Republika
Berdasarkan hasil rapid test, lima karyawan Puskesmas Cigeureung di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya dinyatakan reaktif. Akibatnya pelayanan puskesmas terpaksa ditutup selama beberapa hari.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terpaksa menutup Puskesmas Cigeureung di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. Lima petugas Puskesmas yang positif positif Covid-19 melalui hasil uji cepat (rapid test) pada Rabu (20/5) menjadi alasannya.

Baca Juga

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengambil langkah cepat dengan menutup layanan kesehatan di puskesmas itu pada Kamis (21/5). Layanan di Puskesmas Cigeureung telah kembali normal pada Selasa (26/5), lantaran tes swab lima petugas yang sebelumnya dinyatakan positif berdasarkan rapid test, hasilnya dipastikan negatif.

Ketika Republika berkunjung ke Puskesmas Cigeureung pada Selasa siang, sejumlah petugas di puskesmas itu telah masuk meski belum ada warga yang berobat siang itu. Mereka siaga untuk melayani pasien dan bergembira merayakan momen Lebaran bersama rekan-rekan sejawatnya. Di antara para petugas itu, terdapat pula beberapa orang yang sebelumnya didiagnosis positif Covid-19 melalui rapid test.

Republika berbincang dengan dua orang perempuan yang bekerja di puskesmas itu sebagai bidan dan layanan telepon. Kedua perempuan itu adalah petugas yang sebelumnya dinyatakan positif melalui rapid test.

Siang itu, meski mengenakan masker, raut wajah mereka tampak bergembira, berkumpul kembali bersama rekan-rekannya. Seolah tak ada lagi beban pada mereka, karena telah dipastikan negatif Covid-19 melalui tes swab.

Kepada Republika, salah seorang yang bekerja sebagai layanan telepon di puskesmas itu, sempat kaget melihat hasil rapid test-nya positif. Ia mengaku selalu menjaga protokol kesehatan ketika bekerja. Apalagi, ia mengaku tak pernah melakukan kontak langsung dengan pasien di puskesmas selama sebulan terakhir.

"Saya tidak pernah kontak pasien PDP maupun ODP. Di luar kerjaan, ke tempat kerumunan tidak, paling ke minimarket, kata perempuan yang tak mau identitasnya disebutkan itu.

Namun, hasil positif rapid test membuatnya syok. Sebab, tak ada gejala medis yang dideritanya. Ia khawatir terpapar Covid-19 dari riwayat yang tak diketahuinya.

"Kaget. Kalau di-tracing, riwayat saya nggak pernah aneh-aneh. Tapi tahu-tahu, reaktif," kata dia.

Atas anjuran dinas kesehatan setempat, perempuan itu harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya. Ia pun melakukannya.

Selama isolasi mandiri, ia mengaku selama menjalani isolasi mandiri benar-benar berpisah dengan keluarganya. Ia hanya mengurung diri di kamar setiap waktu.

"Menenangkan diri saja selama isolasi agar imun kuat," kata dia.

Sementara itu, salah satu petugas puskesmas lainnya yang didiagnosis positif Covid-19 melalui rapid test, juga tak menyangka bisa terpapar virus corona. Padahal, selama praktik menjadi bidan di puskesmas itu, perempuan itu mengaku selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap.

"Saya selalu melayani pasien dengan menerapkan protokol kesehatan. Hazmat pakai, sarung tangan, face shield," kata perempuan yang juga tak mau disebutkan namanya itu.

Berbeda dengan temannya, perempuan satu ini agak meragukan hasil rapid test tersebut. Sebab, selama pandemi Covid-19 seluruh pegawai di puskesmas selalu menjalani pemeriksaan Covid-19 secara rutin.

Selama pemeriksaan rutin dilakukan, belum pernah ditemukan pegawai yang hasilnya positif rapid test di Puskesmas Cigeureung. Kecuali, pada pemeriksaan rutin yang terakhir dilakukan, ditemukan lima pegawai puskesmas secara bersamaan.

Keraguan perempuan bidan itu juga tertuju pada alat rapid test yang berbeda dengan pemeriksaan rutin sebelum-sebelumnya. Menurut dia, alat rapid test yang digunakan bukan yang direkomendasikan pemerintah.

Alhasil, pemeriksaan rapid test kepada lima orang yang positif dilakukan dua kali, dengan alat yang berbeda. Hasil di satu alat menunjukkan hasil positif, tapi satunya menunjukkan hasil negatif.

Menurut dia, alat rapid test yang menujukkan hasil positif itu terlalu sensitif. "Kalau kita tak sehat, antibodi turun, bisa terdeteksi (positif). Alat itu juga memang banyak yang meragukan," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, ia meragukan hasil rapid test lantaran belum pernah ada pasien positif Covid-19 yang pernah berobat ke puskesmas itu. Namun, atas rekomendasi dinas kesehatan, seluruh petugas positif Covid-19 melalui rapid test di puskesmas itu mesti menjalani isolasi mandiri. Karena itu, mereka pun menuruti rekomendasi tersebut sambil menunggu hasil tes swab keluar.

"Kita langsung isolasi mandiri di rumah," kata dia.

Akhirnya, hasil tes swab kelima pegawai Puskemas Cigeureung keluar pada Sabtu (23/5), menjelang malam takbiran. Kepala Puskesmas Cigeureung, Ajang Karyawan mengatakan, kabar itu langsung disampaikan olehnya ke grup WhatsApp para pegawainya.

"Malam itu semua langsung ramai dan bergembira," kata dia.

Dengan pengalaman penutupan puskesmas akibat Covid-19, Ajang mengatakan akan akan lebih waspada dalam melayani pasien. Pihaknya akan lebih memperketat protokol kesehatan. Selain itu, pekerja di puskesmas diminta menghindari pergi ke tempat ramai.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, melakukan penutupan ketika ada sejumlah petugas medis yang diketahui positif Covid-19 melalui rapid test. Pasalnya, setiap puskesmas itu bisa menanagani 100 pasien.

"Untuk antisipasi penyebaran, meski baru rapid test, kita tak ingin kecolongan. Kita tutup sementara. Layanan kita alihkan ke puskesmas-puskesmas terdekat," kata dia.

Untuk memastikan hasil rapid test, dinas kesehatan langsung bergerak cepat untuk melakukan tes swab. Menurut Uus, ada kekhususan untuk tes swab bagi tenaga medis. Sehingga hasil tes swab dapat diketahui dengan cepat.

"Alhamdulillah hasilnya negatif semua. Saya langsung lapor ke pimpinan daerah untuk membuka kembali layanan dan langsung disetujui. (Semua) sudah beroperasi normal," kata dia.

Petugas yang sempat terindikasi positif Covid-19, Uus mengatakan, semua sudah kembali beraktivitas dan tak lagi melakukan isolasi. Sebab, hasil tes swab sudah menunjukan bahwa para petugas medis itu negatif Covid-19.

Ia menyebutkan, hasil PCR merupakan diagnosis pasti untuk menentukan seseorang negatif atau positif Covid-19. Karena itu, tak ada alasan lagi untuk mempercayai hasil tes itu.

photo
6 Rekomendasi Hidup Beradaptasi dengan Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement