REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Langkah mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia diminta lebih mendahulukan pengembangan SDM bidang kelautan dan perikanan dibandingkan pengoptimalkan eksploitasi komoditas sektor kelautan dan perikanan. Sebab, menurut pengamat kebijakan kemaritiman, Moh Abdi Suhufanketika, perwujudan Poros Maritim Dunia membutuhkan kerja yang lebih keras dari semua pihak.
“Perihal anak buah kapal (ABK) Indonesia, seharusnya masuk dalam strategi pembangunan manusia yang rencananya akan digenjot tahun ini," kata Abdi, Selasa (26/5) .
Menurut Abdi, penyiapan ABK yang bekerja di dalam dan di luar negeri perlu menjadi prioritas pemerintah.Hal itu, karena pencapaian Poros Maritim bukan lantaran RI memiliki kelimpahan sumber daya laut, tetapi bagaimana memiliki SDM unggul di laut."Standar kompetensi ABK kapal ikan perlu ditingkatkan melalui jalur formal dan informal. Jalur informal melalui optimalisasi pemanfaatan balai latihan kerja yang banyak tersebar di daerah," kata Abdi yang menjabat sebagai ketua harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia itu. Dia mengingatkan, dulu BJ Habibie dalam membangun industri strategis termasuk maritime, yaitu PT PAL, dilakukan dengan terlebih dahulu mengirimkan putra-putri terbaik ke luar negeri agar mereka mendapatkan pendidikan terbaik. Namun, lanjutnya, pada saat ini untuk mengembangkan SDM ABK tidak mengirimkan calon ABK keluar negeri tetapi cukup disiapkan dengan lembaga pendidikan di dalam negeri.
Berbagai lembaga pendidikan tersebut, menurut dia, betul-betul harus dilengkapi dengan penyediaan sarana, kurikulum, fasilitas, dan tenaga latih yang profesional.Mengenai lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Abdi berpendapat bahwa ABK melalui pendidikan jalur formal yang ada sudah cukup baik."Tinggal daya saing dan pengakuan kesetaraan sertifikasi kompetensi yang perlu diperjuangkan ketika akan bekerja di kapal ikan luar negeri," ujarnya.
Sumber: antara