Senin 25 May 2020 08:21 WIB

Saat Vladimir Putin Berbalik Melawan Bashar Assad dan Iran

Bukan Iran atau Rusia yang menentukan masa depan Suriah, tapi rakyat Suriah.

Rep: Arabnews/ Red: Elba Damhuri
Bashar Al-Assad: Boneka Iran?
Foto:

Dipotong oleh sanksi-sanksi AS, Teheran berada dalam kesulitan keuangan yang mengerikan dan mengalami kelebihan paramiliter regional yang serius.

Mengingat pemilihan presiden pada November mungkin tidak membuat kelompok anti-Iran menguat, Israel dan Moskow mungkin tidak pernah memiliki momentum lebih baik untuk mengurangi peran Iran di Suriah. 

Namun, Assad telah bertahan sembilan tahun melawan beragam perlawanan. Jadi ini belum berakhir sampai Assad pergi naik pesawat untuk mengasingkan diri.

Sumbu Rusia-Israel akan menghancurkan kekuatan regional Iran; mengepung Hizbullah di Libanon dan memperkuat pengaruh di Baghdad dan sekitarnya. 

Namun demikian, rezim Damaskus yang didukung Kremlin kemungkinan akan sama otoriter dan brutalnya dengan rezim Assad, sambil tidak menikmati legitimasi dalam negeri dan tetap membiarkan Republik Arab Suriah dikuasai tangan asing. Bagi dunia Arab, fase hegemoni Israel-Rusia akan sama antitesisnya dengan dekade terakhir ekspansiisme Iran yang bermusuhan.

Rusia mengontekstualisasikan kebijakannya di Suriah dalam proses Astana 2017 (dengan Turki dan Iran), yang melambangkan momen ketika kelompok-kelompok Barat dan Arab diusir dari arena politik Suriah. 

Banyak yang akan bersuka cita atas pengusiran rezim Assad dari Damaskus. Namun, setiap transisi harus menjadi titik awal untuk proses demokrasi mengembalikan Suriah ke tempatnya di wilayah Arab. Warga Suriah harus memperoleh kesempatan, keadilan dan sumber daya, untuk "kembali ke rumah mereka" dan membangun kembali kehidupan mereka.

* Baria Alamuddin, jurnalis dan penyiar di Timur Tengah dan Inggris/Kolomni Arabnews.

Link: https://www.arabnews.com/node/1672751

sumber : Arabnews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement