REPUBLIKA.CO.ID, INTAN JAYA -- Dua perawat yang tengah mengantarkan obat-obatan ditembak di Intan Jaya, Papua, pada Jumat (22/5). Pihak aparat dan kelompok separatis bersenjata saling tuding soal kejadian yang menggugurkan satu orang tersebut.
Insiden penyerangan terhadap dua tenaga kesehatan yang tergabung dalam Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Intan Jaya, yakni Almalek Bagau dan Eunico Somou, terjadi pada Jumat (22/5) sekitar pukul 16.30 WIT. keduanya saat itu tengah membawa obat-obatan ke Wandai dengan menggunakan sepeda motor.
Di tengah perjalanan, keduanya ditembak. Menurut kepolisian, korban Alemanek sesaat setelah mengalami penyerangan itu langsung dievakuasi warga ke Kampung Bilai dan dirawat di pastoral. Sedangkan Eunico yang meninggal di tempat langsung diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan.
Soal siapa pelaku penembakan aparat menuding kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang beroperasi di lokasi itu. Meski begitu, dilansir Antara, Kapolres Intan Jaya AKBP Yuli Karre Pongbala menyatakan belum diketahui dari kelompok mana maupun apa motifnya.
Sebaliknya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-OPM menolak tudingan terlibat dalam penembakan. Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom menuturkan, Eunico merupakan warga Kampung Pogapa, Distrik Homeyo, Intan Jaya. Jenazahnya saat ini sudah di rumah duka. Sedangkan Alemanek yang berasal dari Sugapau diantarkan warga untuk dievakuasi ke Nabire.
Versi TPNPB, keduanya sedang naik sepeda motor untuk mengantarkan obat-obatan ke Wandai namun kemudian dicegat di salah satu palang jalan yang didirikan TNI-Polri di Homeyo. "Keduanya korban militer Indonesia," kata Sebby kepada Republika, Sabtu (23/5). Ia mengatakan, pihak TPNPB tengah mengumpulkan laporan dan bukti-bukti dari warga saksi mata penembakan tersebut.
Penangung Jawab Politik TPNPB-OPM Bomanak Jeffrey sebelumnya menjanjikan, ada sejumlah prosedur yang akan dilakukan pihaknya terkait merebaknya Covid-19 di Papua. Ia menjanjikan, TPNPB tak akan menyerang fasilitas kesehatan serta menjamin kebebasan pergerakan peralatan dan tenaga medis. “TPNPB-OPM juga akan membantu menegakkan karantina wilayah serta upaya pencegahan lain dari pemerintah daerah Papua,” tulisnya dalam lansiran resmi pada Rabu (8/4).
Menurutnya, Covid-19 saat ini jadi ancaman mengerikan bagi warga Papua karena terbatasnya fasilitas kesehatan di wilayah itu. “Bencana kemanusiaan ini mengkhawatirkan mengingat pengabaian kualitas layanan kesehatan oleh pemerintah Indonesia di Papua selama bertahun-tahun,” kata dia.
Di dunia internasional Palang Merah saja tidak boleh menjadi sasaran peperangan. Makanya kita kutuk keras itu (penembakan).Harif Fadhillah, Ketua Umum PPNI
Sementara itu, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengutuk keras serangan kepada dua orang tenaga medis. Apalagi saat itu tenaga medis tengah mengantar obat-obatan untuk pasien Covid-19. "Prinsipnya kami mengutuk keras adanya penyerangan itu," kata Ketua Umum PPNI Harif Fadhillah saat dihubungi, Sabtu (23/5).
Menurut Harif, sudah jadi kesepakatan internasional bahwa tenaga kesehatan tidak boleh menjadi sasaran di dalam konteks peperangan dan kerusuhan. Oleh karena itu, penyerangan yang dialami oleh dua orang yang hendak mengantarkan obat-obatan untuk pasien Covid-19 di Distrik Wandai patut dikecam.
"Di dunia internasional Palang Merah saja tidak boleh menjadi sasaran peperangan. Makanya kita kutuk keras itu (penembakan)," ujar Harif.
Selain itu, Harif juga meminta agar aparat keamanan dapat menjamin keselamatan seluruh tenaga kesehatan yang tengah bertugas. "Kami minta aparat keamanan tetap menjamin setiap saat keselamatan dan keamanan para tenaga kesehatan yang bertugas apalagi dalam kondisi Covid-19," kata dia. n